Bisnis.com, JAKARTA--Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan penerapan industri 4.0 tidak akan meninggalkan sektor yang saat ini masih menggunakan teknologi 1.0 hingga 3.0.
Seperti diketahui, pada 4 April 2018, pemerintah telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai strategi dan arah yang jelas dalam pengembangan industri nasional ke depan, terutama kesiapan memasuki era revolusi industri 4.0.
Walaupun demikian, Airlangga mengatakan sektor industri lainnya bukan berarti tidak berperan penting. “Misalnya, industri tenun yang memakai ATBM atau industri batik dengan canting. Terhadap sektor tersebut, pemerintah berkomitmen untuk memproteksi, seperti investor asing tidak boleh masuk di situ atau masuk daftar negatif investasi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (1/1/2018).
Adapun, langkah strategis Making Indonesia 4.0 menjadi agenda nasional untuk diimplementasikan secara kolaborasi dan sinergi di antara pemangku kepentingan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang inklusif.
“Jadi, visi pembangunan industri memang harus bersifat jangka panjang. Di dalam Making Indonesia 4.0, aspirasi besarnya adalah mewujudkan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030,” katanya.
Airlangga mengemukakan peta jalan tersebut mampu merevitalisasi industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global di era digital. Dalam roadmap ini ditetapkan lima sektor yang menjadi prioritas pengembangan untuk menjadi pionir dalam penerapan revolusi industri 4.0, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronika.
Kelima sektor tersebut dipilih berdasarkan hasil studi yang menunjukkan lima sektor itu mampu memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 60% dan 60% tenaga kerja di industri dari lima sektor tersebut.
"Bahkan, kalau kita berbicara global product, 60% yang beredar di dunia adalah produk dari lima sektor itu,” kata Airlangga.