Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia berencana menambah tiga pakta kerja sama ekonomi komprehensif atau comprehensive economic patnership agreement (CEPA) dengan mitra-mitra baru pada 2019.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo mengatakan, ketiga calon mitra itu adalah Korea Selatan (Korsel), Rusia, dan Peru. Khusus dengan Korsel, RI akan mengaktifkan kembali pakta Indonesia-Korsel CEPA (IK-CEPA) yang tertahan sejak 2013.
“Hanya saja, khusus untuk IK-CEPA kami akan melakukan me-reset seluruh poin yang pernah dibahas pada 2013. Sebab, kami sudah memiliki beberapa kesepakatan di dalam Asean-Korsel FTA (AKFTA), supaya manfaat yang kita terima nanti jadi lebih luas,” katanya saat ditemui Bisnis.com, Selasa (5/12/2018).
Dia mengatakan, proses penjajakan awal reaktivasi IK-CEPA akan dilakukan dalam waktu dekat, sehingga tahap negosiasi diharapkan dapat dimulai tahun depan. Perwakilan Kedutaan Besar Korsel untuk Indonesia pun telah dijadwalkan untuk bertemu dengannya pekan depan.
Adapun dengan Rusia, Iman mengatakan, kerja sama berbentuk CEPA tersebut berpotensi diperluas dengan negara Uni Eurasia lainnya yakni Belarusia dan Kazakhstan. Pasalnya, Rusia saat ini terikat dengan kesepakatan perdagangan barang bebas dengan blok Uni Eurasia.
Kondisi tersebut dinilai akan menguntungkan Indonesia. Pasalnya, pangsa pasar dan negara mitra kerja sama ekonomi Tanah Air menjadi lebih luas. “Pakta ini akan melengkapi exposure kita ke Eropa, setelah Indonesia-Uni Eropa CEPA [IEU-CEPA] dan Indonesia-EFTA CEPA [IE-CEPA] yang sudah kita gelar,” lanjutnya.
Sementara itu, untuk kerja sama dengan Peru, proses penjajakan yang mendalam terus dilakukan olehnya. Pasalnya, negara Amerika Latin tersebut meminta kerja sama itu langsung dilakukan secara menyeluruh.
Permintaan Peru, lanjutnya, berbeda dengan Cile dalam kerangka IC-CEPA yang dilakukan secara bertahap. Dengan Cile, Indonesia sepakat untuk memulai kerja sama dari perdagangan bebas barang yang dilanjutkan dengan perluasan kerja sama di sektor investasi dalam beberapa tahun setelah pakta tersebut diratifikasi.
KAYA MANFAAT
Ketua Komite Tetap Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono mengatakan, manfaat yang akan didapatkan Indonesia dari pakta kerja sama dengan tiga negara tersebut sangat besar.
“Dengan Korsel kita bisa manfaatkan untuk tarik investasi di sektor industri perangkat keras, seperti permesinan, ponsel dan persenjataan. Sementara dengan Rusia, kita bisa manfaatkan majunya sektor keamanan siber mereka. Potensi-potensi itu harus kita tangkap dan manfaatkan betul dari CEPA ini,” katanya.
Selain itu, dia meminta pemerintah memasukkan ketentuan yang jelas, mengenai kesepakatan transfer ilmu di sektor teknologi dengan Korsel dan Rusia. Pasalnya, sektor tersebut sangat penting bagi Indonesia, yang sedang berusaha mengembangkan industri berbasis teknologi.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal mengatakan, Peru akan menjadi mitra strategis bagi Indonesia untuk mengakses pasar Amerika Latin. Negara itu dapat menjadi hub untuk ekspor dan investasi di negara tetangga Peru seperti Brasil dan Argentina.
Sementara Rusia, menurutnya, akan menjadi poros perdagangan internasional dan ekonomi baru bagi RI yang sangat potensial. Pasalnya, Negeri Beruang Merah tersebut memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu, pakta kerja sama CEPA dengan Rusia, akan mempermudah Indonesia untuk meningkatkan ekspor minyak kelapa sawit ke Benua Biru.
“Dengan Korsel, apabila terlaksana, akan semakin melengkapi pakta kerja sama kita dengan negara raksasa ekonomi Asia. Di mana sebelumnya kita sudah gelar kerja sama dengan China dan Jepang. Hal ini tentu membuat akses pasar kita semakin kuat di negara-negara itu,”ujarnya.
Namun demikian, Fithra berharap Indonesia harus berhati-hati ketika menjalin kerja sama dengan tiga negara tersebut, terutama dengan Peru dan Rusia. Pasalnya, kedua negara tersebut cukup rawan dilanda guncangan ekonomi.
“Peru sangat mungkin tertular dan terdampak oleh Argentina yang perekonomiannya sangat fluktuatif. Sementara dengan Rusia, kita harus berhati-hati karena negara tersebut masih sering menjadi sasaran tembak embargo dari negara-negara Barat,” jelasnya.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengapresiasi rencana inisiasi 3 CEPA baru itu. Hanya saja, dia memperingatkan agar pemerintah jangan terlalu terfokus pada penambahan jumlah pakta dagang dan ekonomi komprehensif belaka.
“Pemerintah harus realistis juga dengan kapasitas negosiatornya yang saya lihat melakukan banyak sekali perundingan pakta dagang. Sebab saat ini, proses penyelesaian dan realisasi pakta dagang yang sudah resmi diinisiasi, terbilang cukup lambat,” papar dia.
Terlebih, sebutnya, para pengusaha di Indonesia masih belum banyak yang mengetahui pakta dagang dan kerja sama ekonomi yang telah dimiliki oleh Indonesia. Alhasil, tingkat utilisasinya pun relatif rendah.
Shinta juga menyoroti rumitnya proses perundingan yang berbentuk CEPA. Kondisi itu, menurutnya akan sangat menguras energi para negosiator dan pemerintah. Terlebih hambatan yang ditemui RI saat berunding dengan negara mitra sangat kompleks.
Kinerja Perdagangan RI dengan 3 Calon Mitra CEPA Baru (US$ miliar)*
================================
Rusia Korsel Peru
================================
Total perdagangan 1,86 13,96 0,21
Ekspor 0,77 7,27 0,17
Impor 1,09 6,69 0,03
================================
Neraca perdagangan -0,31 0,57 0,13
Migas 0 0,69 0
Nonmigas -0,31 0,11 0,13
================================
*) Ket: periode Januari—September 2018
Sumber: BPS dan Kemendag, 2018