Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasi maraknya peredaran benih bawang putih palsu dan oplosan dengan menyurati dinas pertanian seluruh Indonesia untuk waspada dan memberikan pengetahuan teknis kepada para importir.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura, Prihasto Setyanto memanggil perwakilan 15 importir bawang putih pemegang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) 2018 untuk diberikan pembekalan teknis budidaya bawang putih yang meliputi pemilihan benih hingga panen.
"Kami menekankan pada kehati-hatian importir dalam memilih dan membeli benih bawang putih agar tidak terkecoh dengan benih palsu atau oplosan,” katanya Selasa (28/8).
Menurutnya, pembekalan keahlian ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan benih berkualitas ke depannya. Sekali salah dalam memilih dan membeli benih, akan berdampak gagalnya produksi yang bisa membuat efek traumatis bagi petani dan importir. Pasalnya, petani sedang giat-giatnya menanam kembali bawang putih seperti beberapa tahun lalu.
“Benih bawang putih yang direkomendasikan cocok ditanam yaitu varietas lokal lumbu hijau, lumbu kuning, lumbu putih, tawangmangu baru, sangga sembalun dan satu jenis impor asal Taiwan bernama Great Black Leaf (GBL). Selebihnya kami tidak rekomendasikan karena potensi gagal berumbinya sangat besar, terlebih jenis bawang konsumsi impor asal China yang hingga kini merajai pasaran Indonesia,” jelasnya.
Prihato mengakui cara membedakan benih asli dengan benih palsu cukup rumit. Terutama bagi importir atau petani baru, akan sulit menilai karena bawang putih untuk benih maupun untuk konsumsi sangat mirip jadi rumit dibedakan.
Prihasto mengungkapkan benih lokal atau GBL cenderung siungnya tidak simetris, sementara bawang impor China siung yang melingkari batang umbi satu dengan lain cenderung simetris. Bawang lokal biasanya ukuran umbinya lebih kecil kecil sehingga kalau dibelah siungnya, benih tampak sudah keluar tunasnya.
“Untuk membantu memudahkan identifikasi, sudah kami beri sampel 6 jenis benih yang direkomendasikan kepada para importir, sekaligus contoh bawang impor konsumsi asal China sebagai pembanding,” imbuhnya.
Menyikapi masih mahalnya harga benih lokal, para importir umumnya meminta petugas Kementerian Pertanian agar membantu menjelaskan dan meyakinkan petani agar mau menanam benih impor GBL asal Taiwan yang harganya lebih murah.
Terpisah Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi menghimbau agar pelaku usaha atau importir bawang putih meningkatkan kewaspadaan terhadap peredaran benih bawang putih yang tidak sesuai dengan ketentuan label atau sertifikat.
“Apabila terdapat keraguan terhadap kebenaran varietas benih bawang putih dan atau kualifikasi penyedia sebelum proses pengadaan atau pembelian agar segera berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) setempat dan atau Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Perbenihan Hortikultura dan Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat,”katanya.
Kementan mulai mencatat pemalsuan dan pengoplosan benih bawang putih yang dilakukan para penangkar dan pengedar benih kini mulai bermunculan. Modusnya diantaranya dengan memalsukan label BPSB, menjual bawang putih konsumsi sebagai benih, serta mengoplos benih dengan bawang putih konsumsi. Ada juga yang labelnya sesuai tapi isinya dalam karung ternyata benih palsu atau oplosan. Motifnya diduga meraup untung besar dari selisih harga bawang putih untuk benih dan konsumsi.