Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Shortfall Penerimaan Pajak Menghantui

Bisnis.com, JAKARTA - Pendapatan belanja per Mei 2018 mencapai 36,16% dari target APBN 2018. Kondisi ini dinilai lebih baik, tetapi belum cukup untuk mencapai realisasi target pendapatan APBN 2018 sebesar Rp1.894,72 triliun.

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja penerimaan negara pada tahun ini masih dibayangi oleh risiko shortfall seiring dengan ancaman fluktuasi nilai tukar rupiah.

Penerimaan dari pajak walaupun cukup tinggi memiliki potensi untuk terjadi shortfall pada triwulan ketiga. Shortfall adalah kondisi di mana penerimaan pajak melonjak turun dari target penerimaan karena berbagai hal.

Wakil Direktur Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Eko Listiyanto menegaskan, pemerintah tidak dapat menjalankan bisnis seperti biasa saja jika ingin mencapai target pendapatan.

"Potensi terjadi shortfall pada triwulan tiga sangat tinggi, karena dinamika kurs dan naiknya suku bunga," ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (27/6/2018).

Menurutnya, jika kurs tidak segera ditangani dinamikanya akan berimbas pada dunia usaha. Nilai tukar rupiah harus dapat dijaga pada angka Rp13.750 supaya pertumbuhan pajak tetap dalam tren positif.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini yang mendekati Rp14.200 akan memberikan beban kepada wajib pajak di dunia usaha. Pasalnya, wajib pajak (WP) yang berpenghasilan tinggi merupakan WP yang bertransaksi dengan dolar.

Dengan demikian, jika persoalan kurs tidak segera ditangani, pendapatan dari pajak dapat dipastikan menurun.

Tren kenaikan suku bunga untuk menghambat laju pelemahan rupiah juga sedikit banyak akan pengaruhi dunia usaha. Dengan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), bunga kredit dipastikan akan naik dan menghambat pertumbuhan di sektor riil.

Menurut Eko, kondisi ini diperburuk dengan kebiasaan birokrasi di Indonesia. "Penerimaan pajak masih jauh dari sasaran, baru pada triwulan empat digenjot. Belanja negara juga demikan, baru diperketat pada akhir," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper