Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Industri Makanan & Minuman Dorong Permintaan Kemasan

Permintaan plastik dalam negeri ikut terkerek pertumbuhan industri makanan dan minuman.
Pekerja menyusun aneka jenis minuman kaleng di salah satu grosir penjual makanan dan minuman kemasan di Pekanbaru, Riau, Senin (12/6)./Antara-Rony Muharrman
Pekerja menyusun aneka jenis minuman kaleng di salah satu grosir penjual makanan dan minuman kemasan di Pekanbaru, Riau, Senin (12/6)./Antara-Rony Muharrman

Bisnis.com, JAKARTA—Permintaan plastik dalam negeri ikut terkerek pertumbuhan industri makanan dan minuman. 

Fajar Budiyono, Sekjen Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik Indonesia (Inaplas), mengatakan hingga April permintaan produk plastik hilir meningkat, terutama didorong oleh permintaan dari produsen makanan dan minuman menjelang puasa dan Lebaran. Dengan kenaikan permintaan tersebut, produsen plastik pun juga mulai menggenjot produksinya.

"Permintaan sudah mulai bagus, ada peningkatan. Apalagi industri makanan dan minuman tahun ini lebih optimistis dibandingkan dengan tahun lalu," ujarnya Rabu (2/5/2018).

Fajar berharap daya beli masyarakat terus membaik dan tidak terpengaruh oleh penguatan dolar Amerika Serikat terhadap rupiah. Dari sisi pemerintah, Fajar berharap kebijakan yang akan diluncurkan tidak memberatkan industri pengguna. 

Dia mencontohkan, produsen air minum dalam kemasan (AMDK), yang banyak menggunakan kemasan botol plastik, tengah was-was apabila rancangan undang-undang sumber daya air diterapkan.

RUU Sumber Daya Air memuat tiga hal yang dinilai akan memberatkan industri.

Pertama, AMDK yang merupakan industri manufaktur disamakan dengan produk air perpipaan yang masuk sektor infrastuktur dan izin penggunaan air untuk AMDK tidak diperbolehkan kecuali untuk BUMN dan BUMD.

Kedua, setiap orang, termasuk perusahaan, dilarang melindungi sumber air. Dengan demikian, perusahaan harus membuka sumber air yang ada di wilayah produksi untuk masyarakat secara bebas.

Ketiga, pihak swasta berada di urutan terakhir dalam prioritas penggunaan sumber daya air. "Jangan sampai kebijakan pemerintah tidak sinkron dengan industri, karena kalau itu diterapkan akan ada stagnasi permintaan," jelas Fajar.

Pelaku industri plastik hulu dan hilir tidak terlalu terpukul oleh pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terjadi saat ini. Fajar menjelaskan para pelaku industri telah melakukan penyesuaian harga jual sehingga margin tidak terkikis terlalu besar.

Melihat kondisi permintaan dalam negeri, Inaplas optimistis industri plastik bisa tumbuh sesuai target sebesar 5,5% sepanjang tahun ini. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper