Bisnis.com, JAKARTA — Grab menyepakati kerja sama strategis dengan Primer Koperasi Angkatan Udara terkait penyediaan transportasi daring.
Grab menjadi penyedia layanan transportasi online pertama yang dapat beroperasi di Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara, Bandung. Armada milik koperasi Angkatan Udara terintegrasi dengan layanan Grab di bandara tersebut.
Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menyatakan mendukung visi smart city pemerintah kota Bandung untuk mengintegrasikan berbagai moda transportasi.
“Kehadiran Grab secara resmi di bandara Husein Sastranegara dapat mendukung visi itu dengan menyediakan kemudahan akses kepada pelanggan melalui layanan GrabCar,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (5/1/2018).
Ridzki menyatakan integrasi layanan transportasi itu sekaligus dapat mendukung visi pemerintah kota Bandung untuk mencapai target 7 juta wisatawan per tahun. Kemudahan pemesanan kendaraan melalui aplikasi Grab dinilainya dapat mempercepat usaha pemerintah kota Bandung mencapai target itu.
Komandan Pangkalan Udara Husein Sastranegara Kolonel M. Iman Handoyo menyatakan kerja sama strategis itu dapat membuka lebih banyak akses kepada pemesan transportasi online di Bandara Internasional Husein Sastranegara.
Baca Juga
Penumpang dapat menggunakan layanan pemesanan Grab pada titik penjemputan yang tersedia di dalam bandara. Armada Grab yang beroperasi di dalam bandara mesti terlebih dulu terpasang dengan stiker khusus PRIMKOPAU yang terpasang pada jendela belakang kendaraan.
“Untuk mendukung kerja sama ini Kantor Cabang Utama Bandara Husein Sastranegara akan menyediakan fasilitas khusus bagi para mitra pengemudi taksi berbasis online yang terdaftar di PRIMKOPAU,” kata Eko
Executive General Manager Kantor Cabang Utama Bandara Internasional Husein Sastranegara PT Angkasa Pura II Andika Nuryawanmenyatakan operator juga bakal menyediakan fasilitas khusus bagi mitra pengemudi transportasi online yang beroperasi di bandara.
Grab kini telah menjangkau sebanyak 110 kota di Indonesia. Platform layanan transportasi on demand itu telah beroperasi di delapan negara Asia Tenggara dengan melibatkan sebanyak 2,3 juta mitra pengemudi.