Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan produksi kayu bulat 2018 diperkirakan berlanjut setelah tahun lalu naik 16% secara agregat sejalan dengan kehadiran pabrik bubur kertas dan kertas baru.
Data Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menunjukkan produksi kayu bulat dari hutan tanaman industri (HTI) tahun lalu melesat 19% menjadi 38,8 juta m3. Kenaikan drastis itu mengompensasi koreksi produksi kayu bulat dari hutan alam (HPH) 0,7% menjadi 5,34 juta m3.
Direktur Eksekutif APHI Purwadi Soeprihanto berharap produksi kayu bulat dari hutan tanaman naik atau paling tidak setara performa 2017 seiring dengan beroperasinya PT OKI Pulp & Paper Mills di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan.
Pabrik bubur kertas dan kertas yang beroperasi di bawah Asia Pulp & Paper (APP) itu berkapasitas terpasang 2,8 juta ton bubur kertas dan 500.000 ton tisu. Dengan asumsi perhitungan 1 ton pulp membutuhkan 4,6 m3 kayu, maka kebutuhan kayu bulat PT OKI setidaknya 12,9 juta ton jika seluruh kapasitas produksi pulp dipakai.
"Hutan tanaman dari swasta dalam negeri bagus sehingga hampir tersebar di Riau, Jambi, Sumatra Selatan. [Produksi kayu hutan tanaman] paling tidak samalah dengan 2017 ini. Mungkin juga bisa naik, tapi OKI kan belum full produksi di 2018," katanya, Kamis (1/2/2018).
Sementara itu, setelah turun tipis tahun lalu, APHI berharap produksi kayu alam tahun ini lompat 10% karena terstimulasi oleh tren kenaikan harga. Purwadi menyebutkan harga kayu meranti tahun lalu Rp1,8 juta per m3 dari sebelumnya Rp1,5 juta per m3. Kenaikan harga terjadi karena pasokan berkurang. Curah hujan yang tinggi tahun lalu menyulitkan pengangkutan kayu dari hutan.