Bisnis.com, JAKARTA — Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya yang juga ahli struktur dan tanah Herman Wahyudi mengatakan bahwa konstruksi sarang laba-laba memiliki peluang besar untuk menembus pasar internasional mengingat berbagai keunggulan yang dimilikinya.
"Hasil inovasi anak bangsa ini sudah dipergunakan Islamic Development Bank [IDB] untuk berbagai bangunan di Indonesia, seharusnya dapat menjadi jembatan agar konstruksi ini dapat dipakai di luar negeri," kata Herman seperti dikutip dari Antara, Kamis (4/1/2017).
Menurutnya, konstruksi sarang laba-laba seperti halnya konstruksi cakar ayam hasil pemikiran Sedijatmo yang sudah lebih dulu mendunia juga memiliki peluang yang sama karena sama-sama memiliki keunggulan teknis.
Herman mengatakan bahwa bukan hal yang mudah untuk mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan internasional seperti IDB, yang menggunakan konstruksi sarang laba-laba untuk beberapa bangunan di Universitas Negeri Padang, Sumatra Barat.
Konstruksi sarang laba-laba, tuturnya, sudah teruji untuk daerah-daerah rawan gempa seperti di Provinsi Aceh dan Sumatra Barat, juga sudah banyak dipergunakan di tanah-tanah ekstrem dengan biaya ekonomis.
Teknologi ini juga sudah teruji lebih ramah lingkungan tidak menimbulkan polusi suara (bising) sehingga banyak digunakan untuk perluasan bangunan rumah sakit atau lokasi yang padat penduduknya.
Baca Juga
Bahkan, ujar Herman, dari segi kekuatannya konstruksi ini juga tidak diragukan lagi karena sudah diaplikasikan untuk apron dan taxiway bandar udara, serta untuk jalan-jalan di daerah pertambangan yang banyak dilewati kendaraan berat.
PT Katama Suryabumi selaku pemegang paten konstruksi sarang laba-laba dapat mulai menggandeng perguruan tinggi di luar negeri agar konstruksi ini dapat diteliti sehingga dapat direkomendasikan untuk pasar internasional.
Herman menilai langkah yang diambil PT Katama Suryabumi dengan menggandeng Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Prancis merupakan langkah tepat agar konstruksi ini dapat diadopsi di luar negeri.
"Kalau saya buka saja hitung-hitungannya kepada perguruan tinggi yang ingin bekerja sama karena dari situlah peluang pasar di luar negeri akan terbuka. Mereka akan lebih yakin kalau rekomendasi perguruan tinggi menyebutkan konstruksi ini memang tepat untuk diaplikasikan," kata Herman.