Bisnis.com, JAKARTA - Posisi Indonesia sebagai eksportir tuna dunia merosot ke peringkat 9 seiring dengan penurunan ekspor, sedangkan di sisi lain pengapalan kompetitor melompat.
Data UN Comtrade yang dihimpun Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) menunjukkan posisi Indonesia pada 2012 masih di peringkat 6 dengan volume ekspor 158.782 ton senilai US$314,5 juta.
Level Indonesia mulai melorot pada 2014 ke urutan 6 dan berlanjut hingga 2016 ke ranking 9. Volume ekspor tuna Indonesia tahun itu turun menjadi 115.953 ton dengan nilai US$174,4 juta.
Di sisi lain, Seychelles, China, dan Papua Nugini secara perlahan menyalip Indonesia. Papua Nugini bahkan dengan mencengangkan terbang ke posisi pertama, padahal 5 tahun sebelumnya masih di rangking 13. Volume pengapalan tuna negara berjuluk Negeri Seribu Bahasa itu pada 2012 masih 51.508 ton, tetapi kemudian melesat menjadi 872.744 ton pada 2016.
"Selama 3 tahun, jumlah armada kapal aktif kita merosot. Bobot kapalnya juga makin kerdil," kata Sekjen Astuin Hendra Sugandhi, Senin (18/12/2017).
Jumlah kapal nasional selama 2014-2016 berkurang 128.495 unit menjadi 687.049 unit. Di Samudra Pasifik (WCPFC), Papua Nugini menangkap tuna dengan armada berbobot rata-rata 1.372 GT, sedangkan Indonesia menggunakan kapal berukuran rata-rata 91,5 GT.
Di Samudra Hindia (IOTC) pun, Seychelles menangkap tuna menggunakan kapal berukuran rata-rata 851,4 GT, sedangkan bobot armada Indonesia di RFMO itu rata-rata 86,4 GT.
Hendra memperkirakan tahun ini posisi Indonesia sebagai eksportir tuna dunia stagnan di posisi 9.