Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Depan, Investasi Manufaktur Bakal Capai Rp400 Triliun

Kementerian Perindustrian memproyeksikan realisasi investasi di sektor manufaktur pada 2018 bisa mencapai Rp400 triliun.
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian memproyeksikan realisasi investasi di sektor manufaktur pada 2018 bisa mencapai Rp400 triliun.

Tahun ini, target realisasi industri pengolahan ditargetkan Rp325 triliun. Hingga kuartal III/2017 realisasi investasi tercatat senilai Rp212,8 triliun atau mencapai 65,47% dari target yang ditetapkan.

"Realisasi untuk tahun ini kan Rp270 triliun sampai Rp300 triliun, tahun depan bisa Rp400 triliun dari berbagai sektor," ujar Haris Munandar, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, di Jakarta, Rabu (13/12/2017).

Menurutnya, sumbangan realisasi investasi dari tiga sektor pada tahun depan, yaitu agro, industri kimia, tekstil, dan aneka (IKTA), serta industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (Ilmate) relatif sama besar. Dari sektor Ilmate, Haris menyebutkan investasi lebih banyak dilakukan oleh pelaku industri logam.

Untuk industri agro, sumbangan investasi banyak dilakukan dari sektor pengolahan crude palm oil (CPO) dan turunannya, sedangkan untuk IKTA banyak disumbang oleh sektor petrokimia. Terkait dengan harga gas industri yang dinilai masih tinggi, dia menilai tidak terlalu berpengaruh besar terhadap realisasi investasi sektor pengolahan. Menurutnya, investor dalam memutuskan aksinya tidak hanya mempertimbangkan satu faktor saja.

"Mereka enggak hanya tergantung pada faktor energi, tetapi juga yang lain seperti bahan baku dan potensi pasar. Nanti dihitung-hitung, [beban] energi bisa dicover sama yang lain," kata Haris. 

Untuk menarik lebih banyak investor, Kemenperin juga sedang gencar mengembangkan kawasan industri, terutama di luar Jawa. Untuk memenuhi kebutuhan gas di kawasan industri, Haris menyebutkan terdapat opsi impor. 

Namun, opsi ini belum tentu lebih murah karena harus membangun infrastruktur jaringan pipa gas di dalam kawasan industri. "Kami juga cari opsi yg lain, salah satunya memotong biaya dari beberapa rantai yang bisa dikurangi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper