Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Indonesia meminta sejumlah dukungan dari Korea Selatan (Korsel) dalam hal kerja sama di sektor ekonomi.
Sejumlah permintaan itu disampaikan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Korea Selatan Inkyo Cheong di Arequipa, Peru pada Sabtu, (18/5/2024).
Adapun salah satu harapan yang disampaiakan oleh pria yang akrab disapa Zulhas itu adalah agar perjanjian dagang antara Indonesia dan Korea Selatan agar semakin maksimal.
Menurutnya, perjanjian dagang yang dimiliki saat ini, yaitu Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia—Korea Selatan (IK—CEPA), Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh ASEAN—Korea Selatan (AKFTA), dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), telah memberi momentum untuk meningkatkan nilai perdagangan.
Kedua perjanjian ini adalah instrumen kerja sama untuk meningkatkan nilai perdagangan Indonesia dan Korea Selatan baik secara bilateral maupun multilateral.
"Korea Selatan merupakan mitra dagang penting Indonesia. Kedua negara mempunyai perjanjian dagang seperti IK—CEPA, AKFTA, dan RCEP. Artinya, kedua negara mempunyai segala persyaratan untuk meningkatkan nilai perdagangan dan investasi. Tidak ada hambatan bagi perdagangan kedua negara," ujar Zulkifli Hasan dalam siaran persnya, Minggu (19/5/2024).
Baca Juga
Zulkifli Hasan menyampaikan, Indonesia mendorong peningkatan pemanfaatan IK—CEPA yang dapat memberikan komitmen akses pasar lebih baik dibandingkan dengan perjanjian perdagangan regional.
"Indonesia mengharapkan Pertemuan Kedua Komite Bersama IK—CEPA dapat dilaksanakan tahun ini dengan Korea Selatan sebagai tuan rumah," ujarnya.
Dia juga meminta Korea Selatan untuk memberikan dukungannya terhadap proses aksesi Indonesia ke Economic Cooperation and Development (OECD) selama Ministerial Council Meeting (MCM) OECD.
Menurutnya mengatakan, aksesi Indonesia ke OECD tidak hanya akan mendukung agenda pembangunan nasional, tapi juga berkontribusi terhadap tujuan OECD untuk meningkatkan kerja sama dan kesejahteraan ekonomi global.
Dia juga mendorong Korea Selatan meningkatkan investasi di Indonesia, salah satunya dengan untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Diharapkan nilai investasi Korea Selatan ke Indonesia akan terus meningkat dalam lima tahun ke depan," tambah Mendag Zulkifli Hasan.
Sementara itu, di sektor pengembangan mobil listrik, Zulkifli Hasan mengapresiasi investasi Korea Selatan di Indonesia dan menginginkan peningkatan investasi sehingga Indonesia dapat menjadi pusat pabrikan mobil listrik Korea yang memiliki kapasitas ekspor hingga ke Timur Tengah.
“Saya bersama Bapak Presiden Joko Widodo pernah mengunjungi pabrik baterai dan mobil listrik Hyundai di Jawa Barat. Saya menyaksikan kecanggihan teknologi yang dimiliki Korea Selatan dan
berharap agar investasi Korea Selatan di sektor otomotif dapat lebih ditingkatkan,” katanya.
Korea Selatan menempati peringkat ke-8 sebagai negara tujuan ekspor dan peringkat ke-6 sebagai negara asal impor bagi Indonesia. Pada periode Januari—Maret 2024, total perdagangan kedua negara mencapai US$5,1 miliar. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat US$2,7 miliar sedangkan impor Indonesia dari Korea Selatan tercatat US$2,4 miliar sehingga Indonesia surplus US$0,2 miliar.
Sementara itu, pada 2023, total perdagangan kedua negara mencapai US$20,8 miliar dengan nilai ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat sebesar US$10,3 miliar, sedangkan impor Indonesia dari Korea Selatan tercatat US$10,5 miliar.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Korea Selatan di antaranya batu bara, gas petroleum, bijih tembaga, monitor dan proyektor, serta asam lemak. Sedangkan, impor utama Indonesia dari Korea Selatan di antaranya minyak petroleum, sirkuit terpadu elektronik, mobil dan kendaraan bermotor lainnya, pembakar tungku untuk bahan bakar cair, serta karet sintetis dan faktis yang diperoleh dari minyak.