Bisnis.com, JAKARTA—Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia menyampaikan pengoperasian jalur penerbangan di ruang udara Jawa bagian selatan akan mulai dibuka efektif pada Oktober 2017.
Direktur Operasi Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/AirNav Indonesia) Wisnu Darjono mengatakan publikasi rute baru di ruang udara Jawa selatan sudah dilakukan pada 17 Agustus 2017.
“Kami sudah memublikasikannya ke AIRAC [Aeronautical Information Regulation And Control]. Nanti, jalur udara itu akan efektif pada 56 hari ke depan, sesuai dengan standar internasional yang berlaku,” katanya, Minggu (20/8).
Dengan AIRAC tersebut, lanjut Wisnu, seluruh masyarakat penerbangan sipil domestik dan internasional akan ternotifikasi. Dia berharap para pemangku kepentingan dapat menyiapkan diri, sebelum jalur udara baru itu beroperasi efektif.
Dia mengungkapkan bahwa jalur udara yang dibuka untuk penerbangan komersial tersebut berjarak 75 mil ke selatan Madiun. Menurutnya, jalur udara tersebut sudah disepakati oleh TNI Angkatan Udara.
“Sebelumnya, kami memang mengusulkan 50 mil karena 75 mil itu dirasa masih agak boros. Namun, setelah melihat kepentingan dari sejumlah pihak terkait, kami menyepakati untuk membuka jalur di 75 mil dari Madiun,” tuturnya.
Wisnu mengakui bahwa penerbangan ke timur yang melalui jalur Jawa selatan agak sedikit lebih jauh ketimbang melalui jalur di Jawa utara. Meski demikian, dia meyakini jalur udara baru itu akan banyak dipilih maskapai.
Hal itu dikarenakan trafik pergerakan pesawat di Jawa utara saat ini sudah padat, sehingga waktu alokasi terbang (slot time) untuk maskapai menjadi terbatas. Selain itu, peluang timbulnya keterlambatan penerbangan (delay) juga cukup tinggi.
“Saya kira maskapai memilih jalur penerbangan itu tidak hanya terkait jarak saja, ada banyak hal yang menjadi pertimbangan mereka, misalnya dari sisi kelancaran, slot time, cuaca dan lain sebagainya,” ujarnya.
Oleh karena itu, Wisnu optimistis jalur penerbangan di Jawa selatan akan banyak digunakan oleh par maskapai. Apalagi, pertumbuhan arus pergerakan penumpang dan pesawat saat ini sangat tinggi setiap tahunnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Perencanaan Direktorat Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Syamsu Rizal menuturkan dengan ditetapkannya jalur penerbangan itu, Jawa selatan kini dapat digunakan untuk penerbangan sipil.
“Jadi jalur udara itu bisa sebagai alternate route ataupun efisiensi dari penerbangan sipil karena kapasitas bertambah. Nanti akan disesuaikan dengan kebutuhan maskapai itu sendiri,” katanya.
Syamsu menambahkan dibukanya jalur udara baru itu juga sangat penting bagi peningkatan konektivitas penerbangan. Hal itu dikarenakan keberadaan jalur baru dapat membuka peluang adanya pembangunan bandara-bandara baru, khususnya di Jawa selatan.
Di tempat berbeda, Senior Corporate Communications Manager Sriwijaya Air Grup Agus Soedjono mengapresiasi upaya pemerintah yang menambah jalur udara (airways), khususnya di Jawa selatan.
“Tentu kami sambut positif. Namun, tidak serta merta kami memilih airways itu. Kami harus melakukan kajian secara komprehensif terlebih dahulu, terutama dari sisi operasional. Kalau hasilnya positif, kenapa tidak,” tuturnya.
Direktur Utama Batik Air Achmad Luthfie menilai dibukanya jalur udara bagi penerbangan komersial di Jawa selatan berpotensi mengurangi antrian pesawat di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng.
“Selama ini banyaknya antrian di Bandara Soekarno Hatta karena pesawat yang datang itu dari utara Jawa semua. Nah, kalau dari selatan ada, tentunya mau mendarat atau take off juga lebih cepat,” tuturnya.
Oleh karena itu, Achmad optimistis keterlambatan penerbangan dapat lebih diminimalisir ke depannya, dan kinerja tingkat ketepatan waktu terbang (on time performance/OTP) dari para maskapai juga turut meningkat.