Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Kian Ketat, Produksi Baja Bakal Membaik

Asosiasi Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron and Steel Association/IISIA) memproyeksikan pertumbuhan produksi baja bakal membaik seiring dengan adanya kebijakan pemerintah terkait pengetatan impor baja dan penambahan pabrik baja baru.
Pekerja mengelas kawat tiang pondasi proyek double-double track (DDT) atau rel ganda Paket A Manggarai-Jatinegara, Jakarta, Jumat (21/)./Antara-Angga Budhiyanto
Pekerja mengelas kawat tiang pondasi proyek double-double track (DDT) atau rel ganda Paket A Manggarai-Jatinegara, Jakarta, Jumat (21/)./Antara-Angga Budhiyanto

Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron and Steel Association/IISIA) memproyeksikan pertumbuhan produksi baja bakal membaik seiring dengan adanya kebijakan pemerintah terkait pengetatan impor baja dan penambahan pabrik baja baru.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya mencatatkan pertumbuhan produksi paling tinggi di antara jenis industri lainnya sebesar 10,86% pada kuartal II/2017. Kenaikan sektor ini menjadi mendorong utama pertumbuhan produksi industri manufaktur sebesar 4% secara tahunan.

Hidayat Triseputro, Direktur Eksekutif IISIA, mengatakan secara umum, kondisi industri baja Tanah Air mulai membaik karena disebabkan oleh beberapa faktor.

“Faktor luar negeri itu harga baja [di China] sudah naik signifikan. Faktor di dalam negeri, regulasi dan kebijakan pemerintah terkait pengetatan impor baja itu ada efeknya,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (1/8/2017).

Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah memperketat masuknya besi dan baja impor ke Indonesia melalui Peraturan Menteri Perdagangan No.82/M-DAG/PER/12/2016 tentang ketentuan impor besi atau baja, baja paduan dan produk turunannya. Selain itu, pemerintah juga membentuk satgas impor berisiko tinggi dalam rangka menciptakan bisnis yang bersih.

Hidayat menilai faktor-faktor tersebut membuat para konsumen baja mulai beralih ke produksi dalam negeri. Apabila terjadi penurunan harga baja kembali di China, dia memproyeksikan aliran baja impor tidak akan sebesar sebelumnya karena adanya regulasi dan kebijakan pemerintah tersebut.

“Pertumbuhan akhir tahun akan lebih baik dibandingkan 2016. Konsumsi baja juga akan naik dari 12,6 juta ton ke angka 13,6 juta ton per tahun,” katanya.

Adanya pabrik baja baru, seperti PT Krakatau Osaka Steel yang baru saja diresmikan juga diperkirakan akan meningkatkan produksi dan pasokan baja dalam negeri. KOS merupakan perusahaan joint venture antara perusahaan asal Jepang Osaka Steel, Co. Ltd dengan kepemilikan saham 80% dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. yang memiliki porsi saham sebesar 20%.

KOS memproduksi baja tulangan, baja profil (siku dan kaki), baja C (channel), dan flat bar dengan kapasitas 500.000 ton per tahun. Produk yang dihasilkan tersebut dijual untuk memenuhi pasar dalam negeri.

Selain industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya yang mencatatkan pertumbuhan tinggi, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional serta industri bahan kimia dan barang dari kimia mencatatkan pertumbuhan masing-masing sebesar 9,21% dan 8,98% secara tahun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper