Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri Susi: Saya Sulit Berubah

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti mengungkapkan latar belakang di balik kekukuhannya mempertahankan kebijakan tak kenal ampun pada pihak-pihak yang dianggapnya merugikan perikanan Indonesia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kiri) bertemu dengan Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang Yuuji Yamamoto (kanan) di Tokyo, Jepang, Jumat (14/4)./JIBI-Hery Trianto
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kiri) bertemu dengan Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang Yuuji Yamamoto (kanan) di Tokyo, Jepang, Jumat (14/4)./JIBI-Hery Trianto

Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti mengungkapkan latar belakang di balik kekukuhannya mempertahankan kebijakan tak kenal ampun pada pihak-pihak yang dianggapnya merugikan perikanan Indonesia.

Dia mengakui selama hampir tiga tahun mengomandoi KKP kerap tidak sabar dan temperamental, yang membuat jengkel dan kesal banyak orang. Tak hanya PNS KKP, dia menduga instansi lain, seperti TNI Angkatan Laut, Polri, dan Kementerian Pertahanan, yang kerap diajak KKP 'berburu' kapal perikanan ilegal sejak Satgas Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Ilegal (Satgas 115) dibentuk.

"Saya lahir sudah begini. Saya selalu ingin semua selesai, kerja beres, baik, supaya negara ini makin maju. Dalam berkarya di swasta, di mana saja, ya susah kalau Bapak dan Ibu memohon kepada saya [agar] berubah yang santun, sabar. Saya sedikit tidak bisa," ungkapnya di sela-sela acara Halal Bi Halal KKP, Senin (10/7/2017).

Namun, lanjut dia, tindakannya 'memaksa' banyak pihak untuk tunduk pada upayanya memerangi illegal fishing telah menunjukkan hasil yang baik dalam waktu cepat. Pendiri maskapai Susi Air ini menyebutkan nilai tukar usaha perikanan naik 20% menjadi 120, neraca perdagangan perikanan menjadi yang paling gemilang di Asia Tenggara, dan stok ikan naik dari 6,5 juta ton pada 2013 menjadi 12,5 juta ton per 2016.

"Realita angka-angka tidak bisa kita bantah," ujarnya.

Selain itu, kata dia, konsumsi ikan naik dalam dua tahun ini dari 36 kg menjadi 43 kg per kapita per tahun. Kenaikan sebanyak 7 kg per kapita per tahun itu menurut Susi setara dengan US$1,75 miliar dengan asumsi jumlah penduduk 250 juta orang.

Susi sempat menyinggung ekspor yang hanya naik tipis. Menurut dia, volume pengapalan ikan ke luar negeri tak bisa naik drastis karena konsumsi dalam negeri meningkat luar biasa setelah stok ikan melambung.

"Dan yang lebih penting lagi, tangkapan sekarang ini adalah hasil tangkapan kapal-kapal dalam negeri, bukan kapal-kapal asing," katanya.

Menurut dia, kendati jumlah kapal perikanan turun, jumlah tangkapan yang didaratkan dan dilaporkan lebih tinggi daripada sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper