Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Turki Putus Hubungan Dagang dengan Israel, Tuntut Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Pemerintah Turki mengumumkan bahwa mereka tidak akan melanjutkan perdagangan dengan Israel sampai adanya gencatan senjata permanen di Gaza.
Para pekerja memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh dalam serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 21 April 2024./Reuters
Para pekerja memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh dalam serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 21 April 2024./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Turki mengumumkan bahwa mereka tidak akan melanjutkan perdagangan dengan Israel yang bernilai US$ 7 miliar per tahun, sampai gencatan senjata permanen dan bantuan kemanusiaan terjamin di Gaza, per Jumat (3/5/2024).  

Melansir dari Reuters, Sabtu (4/5/2024), melalui pengumuman ini Turki menjadi negara mitra Israel pertama yang menyetop ekspor dan impor ke Israel. 

Menteri Perdagangan Turki Omer Bolat memilih langkah tersebut akibat sikap Israel yang tanpa kompormi dan memburuknya situasi di wilayah Rafah, Gaza. 

Bolat mengatakan Turki sedang melakukan pembicaraan dengan warga Palestina mengenai pengaturan alternatif untuk memastikan bahwa mereka tidak terpengaruh oleh keputusan ini.

Bulan lalu, Turki membatasi ekspor baja, pupuk dan bahan bakar jet di antara 54 kategori produk atas apa yang dikatakannya sebagai penolakan Israel untuk mengijinkan Ankara mengambil bagian dalam operasi penerjunan bantuan ke Gaza.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengkritik langkah Presiden Turki Tayyip Erdogan, yang mulai berlaku pada hari Kamis malam. 

“Hal tersebut melanggar perjanjian perdagangan internasional dan merupakan perilaku seorang diktator,” tuturnya. 

Di sisi lain, kelompok militan Hamas, yang menguasai Gaza, memuji keputusan Turki tersebut sebagai keputusan yang berani dan mendukung hak-hak Palestina.

Hal ini menandai langkah terkuat Ankara setelah berbulan-bulan kritik tajam terhadap kampanye militer Israel, yang telah menghancurkan wilayah Palestina yang padat penduduknya. Erdogan telah menghadapi desakan dari dalam negeri untuk melakukan tindakan yang lebih nyata.

“Turki tidak bisa berdiam diri dalam menghadapi pemboman Israel terhadap warga Palestina yang tak berdaya,” tegas Erdogan.  

Presiden Turki tersebut kemudian mengatakan kepada para pebisnis Turki bahwa Ankara akan mengatasi masalah yang timbul dari keputusan ini melalui koordinasi dan dialog dengan dunia bisnisnya, dan menambahkan bahwa dia percaya hal ini akan menjadi contoh bagi negara-negara lain. 

Erdogan menekankan, bahwa langkah tersebut bukan sebagai bentuk mencari musuh. Dirinya tegas menyerukan hal tersebut meski menyadari negara Barat akan menyerangnya. 

“Kami memiliki satu tujuan di sini, untuk memaksa kepemimpinan [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu, yang telah lepas kendali dengan dukungan militer dan diplomatik tanpa syarat dari Barat, untuk melakukan gencatan senjata,” tambahnya.

Efek Nyata Perdagangan Turki-Israel

Larangan baru ini mencakup seluruh perdagangan yang tersisa, sebesar US$5,4 miliar ekspor Turki atau hampir 6% dari seluruh impor Israel - dan US$1,6 miliar impor ke Turki tahun lalu.

Ekspor utama Turki ke Israel adalah baja, kendaraan, plastik, perangkat listrik dan mesin, sementara impor didominasi oleh bahan bakar sebesar US$634 juta tahun lalu.

Bank Wall Street, JPMorgan, mengatakan bahwa penghentian ini mungkin akan sedikit meningkatkan tekanan harga barang-barang di Israel dalam jangka pendek.

Empat eksportir Turki mengatakan kepada Reuters bahwa langkah tersebut membutakan mereka dan membuat mereka yang memiliki pesanan tetap mencari cara untuk mengirim barang ke Israel melalui negara ketiga.

Katz mengatakan bahwa pemblokiran pelabuhan untuk impor dan ekspor Israel mengabaikan kesepakatan perdagangan, dan menambahkan di platform media sosial X bahwa Israel akan mencari alternatif perdagangan dengan Turki.

Adapun, Profesor di Fakultas Hukum Universitas Marmara Meltem Saribeyoglu-Skalar, mengatakan bahwa langkah tersebut kemungkinan besar merupakan tindakan balasan hukum oleh Turki terhadap pelanggaran Israel atas aturan hukum kemanusiaan yang diterima secara universal di Gaza.

Turki telah mengecam kampanye militer Israel di Gaza, mengirimkan ribuan ton bantuan untuk warga Gaza. Pada minggu ini pula, Turki akan bergabung dengan Afrika Selatan dalam kasus genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ).

Israel menyangkal telah melakukan tindakan genosida di Gaza atau melanggar hukum kemanusiaan di sana.

Sinan Ulgen, mantan diplomat Turki dan direktur Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Luar Negeri, mengatakan bahwa langkah ini didukung secara luas oleh warga Turki karena pendapat umum bahwa reaksi pemerintah terhadap Israel tidak memadai.

Majelis Eksportir Turki mengatakan bahwa negara tersebut harus memangkas target ekspor akhir tahun menjadi US$260 miliar dari US$267 miliar kecuali jika perdagangan dilanjutkan dengan Israel dalam beberapa bulan ke depan. 

Ekspor ke Israel tercatat turun 24% hingga April tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper