Bisnis.com, JAKARTA—Dua wilayah pengelolaan perikanan (WPP) tercatat mengalami penurunan stok ikan lestari pada 2016 di tengah kenaikan secara keseluruhan.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan terbaru, stok ikan di WPP 571 [Selat Malaka] turun dari 484.414 ton pada 2015 menjadi 425.444 ton tahun lalu. Penurunan terjadi pada jenis ikan pelagis besar, ikan karang, dan lobster.
Koreksi pun terjadi di WPP 711 [Laut China Selatan] dari 1,14 juta ton pada 2015 menjadi 767.126 ton tahun lalu. Penurunan terjadi pada jenis ikan pelagis kecil, pelagis besar, demersal, ikan karang, udang penaeid, dan cumi-cumi. Sebaliknya, sembilan WPP terekam mengalami kenaikan [lihat tabel]
Seperti diketahui, pemerintah mengumumkan kenaikan stok ikan lestari (maximum sustainable yield) per 2016 menjadi 12,5 juta ton dari 9,9 juta ton tahun sebelumnya.
Aktivitas penangkapan ikan secara illegal yang masih marak menjadi penyebab penurunan stok ikan lestari di dua wilayah pengelolaan perikanan di Selat Malaka (WPP 571) dan Laut China Selatan (WPP 711).
Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja mengatakan armada pukat atau trawl dengan kapasitas tangkapnya yang massif masih kerap digunakan di sejumlah daerah di WPP 571, seperti perairan Belawan, Sibolga, dan Bagansiapiapi.
Selain itu, beberapa kapal asing berbendera Thailand kadang beroperasi di perairan Sabang. Kapal-kapal Malaysia dengan ukuran kecil juga kadang menyambangi Selat Malaka.
“Yang paling utama adalah trawl milik kita sendiri [berbendera Indonesia],” katanya, Senin (19/6/2017].
Sementara itu di WPP 711 yang mencakup Natuna, Laut China Selatan, dan Selat Karimata, penurunan stok ikan terjadi karena wilayah itu merupakan persinggungan antara Indonesia dengan beberapa negara tetangga, termasuk Vietnam yang masuk ke zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI). Menurut Sjarief, pelaku illegal fishing Vietnam umumnya nelayan kecil, bukan korporasi.
“Setiap tahun ada 1.500-2.500 kapal [Vietnam] yang masuk,” ujarnya.
Data KKP menyebutkan, stok ikan lestari di WPP 571 turun dari 484.414 ton pada 2015 menjadi 425.444 ton tahun lalu. Penurunan terjadi pada jenis ikan pelagis besar, ikan karang, dan lobster.
Koreksi pun terjadi di WPP 711 dari 1,14 juta ton pada 2015 menjadi 767.126 ton tahun lalu. Penurunan terjadi pada jenis ikan pelagis kecil, pelagis besar, demersal, ikan karang, udang penaeid, dan cumi-cumi.
Tabel Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan 2015 & 2016 (Ton)
WPP | 2015 | 2016 |
Selat Malaka (WPP 571) | 484.414 | 425.444 |
Samudra Hindia (WPP 572) | 1.228.601 | 1.240.975 |
Samudra Hindia (WPP 573) | 929.330 | 1.267.540 |
Laut China Selatan (WPP 711) | 1.143.341 | 767.126 |
Laut Jawa (WPP 712) | 981.680 | 1.341.632 |
Selat Makassar-Laut Flores (WPP 713) | 1.026.599 | 1.177.857 |
Laut Banda (WPP 714) | 431.069 | 788.939 |
Teluk Tomini-Laut Seram (WPP 715) | 631.703 | 1.242.526 |
Laut Sulawesi (WPP 716) | 478.765 | 597.139 |
Samudra Pasifik (WPP 717) | 603.688 | 1.054.695 |
Laut Arafura-Laut Timor (WPP 718) | 1.992.730 | 2.637.565 |
TOTAL | 9.931.920 | 12.541.436 |
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, diolah