Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengendalian Inflasi: Pemerintah Harus Punya Strategi ‘Ampuh’

Pemerintah terus berupaya untuk mencegah potensi naiknya inflasi pada Mei dan Juni yang merupakan bulan Ramadhan.
ilustrasi/bisnis
ilustrasi/bisnis

Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah terus berupaya untuk mencegah potensi naiknya inflasi pada Mei dan Juni yang merupakan bulan Ramadhan.

Salah satu upaya adalah dengan membentuk tim pengendali inflasi daerah dan operasi pasar.

Deputi Gubenur Bank Indonesia Sugeng mengatakan dibentuknya tim pengendali inflasi daerah untuk antisipasi lonjakan harga.

“Ya semua jurus harus dikeluarkan, mulai dari kesiapan dari kerjasama dengan daerah untuk mencukupi supplynya, operasi pasarnya hingga imbauan ke berbagai pihak pemimpin daerah,” ujarnya di Gedung Bank Indonesia, Senin (8/5).

Selain itu, Sugeng juga mengimbau agar masyarakat bisa mengendalikan konsumsi dengan benar dan baik serta harapan tak ada lagi penimbunan bahan pangan.

Sebab, aksi tersebut bisa memicu kelangkaan pasokan yang pada gilirannya membuat harga pangan melonjak dan berujung pada inflasi.

“Puasa kan harus bisa tahan hawa nafsu kita, kalau puasa makanya jangan lebih banyak daripada gak puasa ya itu kan pengaruhi inflasi, kita harapkan siap beberapa waktu ini jangan ada penimbunan di lakukan,” pungkasnya.

Mengingat adanya potensi kenaikan inflasi pada Mei dan Juni, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meminta agar Pemerintah mencegah penyesuaian harga listrik dan bahan bakar mesin.

“Seharusnya Pemerintah menunda kenaikan listrik nanti saja pasca lebaran karena biasanya pasca lebaran inflasi akan rendah karena masyarakat akan mengerem konsumsi pasca-lebaran. Kalau menaikkan listrik menjelang/selama Ramadhan justru inflasi dapat meroket,” tutur Dzulfian Syafrian selaku ekonom Indef.

Menurutnya, untuk meredam potensi melonjaknya inflasi, pemerintah harus amankan stok pangan untuk mencegah kelangkaan yang membuat harga melambung.

Senada dengannya, ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara juga mengatakan hal serupa. Mengingat Mei dan Juni adalah bulan—bulan puncak inflasi, maka ada baiknya jika pemerintah menunda rencana tersebut.

“Saran kami penyesuaian tarif listrik, dan kenaikan BBM lebih baik ditunda dulu pada Mei-Juli ini karena Juni diprediksi adalah puncak inflasi,” ujar Bhima, Senin (8/5).

Tak hanya itu, dia mengatakan ada sejumlah langkah yang harus dilakukan oleh Pemerintah untuk mencegah meroketnya inflasi di bulan Ramadhan.
Pertama dengan melakukan penguatan kapasitas TPID (tim pemantauan dan pengendalian inflasi daerah).

Menurutnya, koordinasi antara pemangku kepentingan terutama daerah dan pusat harus sinergis sehingga dapat diambil tindakan cepat dalam mengendalikan inflasi pangan.

Kedua, pengaturan pasokan juga penting, dengan sinergi antar lembaga, kekurangan pasokan pangan di satu daerah dapat segera dikirim dari daerah yg kelebihan pasokan.

“Persoalan pangan juga ada di rantai pasok. Kami harap adanya satgas pangan bisa membenahi rantai pasok pangan dari mulai petani hingga pasar-pasar induk. Dari sisi inflasi, harga yang diatur pemerintah (administered price) memang harus dikalkulasi kembali dampak ke daya beli masyarakat,”ujar Bhima.

Sementara itu, Indef memprediksi jika pada Mei nanti inflasi akan berada di angka 0,35% sedangkan Juni 0,67%.

“Mei ini prediksi inflasi 0,35% (mtm) karena awal puasa, dan Juni bisa 0,67% karena puncak lebaran, tahun lalu (2016) Mei 0,24% dan Juni 0,66%,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper