Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DEFISIT PERDAGANGAN AS: Indonesia Tak Kena Dampak Kebijakan Amerika Serikat

Indonesia tidak akan terkena dampak dari kebijakan Amerika Serika terkait Negara-negara yang dianggap menyebabkan defisit perdagangan.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump./REUTERS-Jonathan Ernst
Presiden Amerika Serikat Donald Trump./REUTERS-Jonathan Ernst

Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia tidak akan terkena dampak dari kebijakan Amerika Serika terkait negara-negara yang dianggap menyebabkan defisit perdagangan.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump mengeluarkan perintah eksekutif untuk mengatasi defisit perdagangan Amerika Serikat yang kini mencapai sekitar US$50 miliar.

Amerika Serikat menilai terdapat 16 negara yang dianggap Trump telah melakukan praktik “curang” itu yakni China, Kanada, Jepang, Irlandia, Italia, Jerman, Prancis, India, Indonesia, Malaysia, Meksiko, Korea Selatan, Swiss, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Kepala Departmen Pendalaman Pasar Keuangan Bank Indonesia Nanang Hendarsah mengungkapkan kebijakan struktur ekspor Indonesia ke AS lebih banyak tidak berkaitan secara langsung. Menurutnya, kebijakan AS akan berdampak pada Negara yang memiliki struktur ekspor komoditas, seperti Vietnam dan Taiwan.

“Kalau Indonesia ekpor ke US, pasti akan melalui negara lain. Jadi menurut hemat saya, dampaknya enggak signifikan,” ungkapnya di Jakarta, Kamis (6/4/2017).

Sebelumnya, Mirza Adityaswara Deputi Gubernur Senior BI memaparkan ada tiga kritera yang ditentukan oleh Presiden Trump. Pertama, negara yang memiliki surplus perdagangan paling tidak US$20 miliar. Berdasarkan data pemerintah, surplus perdangan Indonesia – AS hanya sebilai US$13 miliar.

Kedua, neraca perdagangan yang surplus. Khusus Indonesia, neraca perdagangan justru mengalami defisit sebanyak 1,8%– 2% dari pertumbuhan ekonomi. Ketiga, intervensi kurs satu arah secara terus menerus selama setahun yang besarannya bisa sampai 2% dari GDP.

Mirza menilai Indonesia seharusnya tidak masuk dalam daftar yang ditetapkan oleh Amerika Serikat.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper