Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspansi Usaha WTON Lirik Proyek Listrik dan Bisnis Crushing

Megaproyek 35.000 megawatt yang dicanangkan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla tak hanya menjadi berkah bagi pelaku usaha pembangkit listrik swasta tetapi juga bagi kontraktor jasa kontruksi.
Pekerja mengerjakan proses pemindahan balok beton milik PT Wika Beton (Wika) ke kapal pengangkut di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (11/1)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Pekerja mengerjakan proses pemindahan balok beton milik PT Wika Beton (Wika) ke kapal pengangkut di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (11/1)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Megaproyek 35.000 megawatt yang dicanangkan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla tak hanya menjadi berkah bagi pelaku usaha pembangkit listrik swasta tetapi juga bagi kontraktor jasa kontruksi.

Salah satunya, industri jasa kontruksi untuk pembangunan pondasi pembangkit listrik. Tak ayal, potensi ini yang kini juga dilirik oleh PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) untuk melakukan ekspansi usaha pada tahun ini.

Direktur Utama WTON Wilfred A. Singkali mengungkapkan pada tahun ini pihaknya menyiapkan belanja modal sebesar Rp682 miliar dengan porsi terbesar untuk penggantian peralatan. Selain itu, juga akan digunakan untuk peningkatan jumlah peralatan yang ada, beberapa peralatan baru untuk meningkatkan kapasitas di jasa serta penambahan lahan sebanyak 20 hektare.

Selain itu, lanjutnya, saat ini juga tengah ada penjajakan beberapa kerja sama yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan proyek. Hanya saja, pihaknya belum bersedia untuk mentedetailkan rencana kerja sama tersebut.

“Belum bisa kami katakan karena partner kami belum bicara. Tahun depan bikin proyek di luar negeri, JO-nya dengan lokal maupun internasional. JO dengan perusahaan asing mulai banyak,” katanya usai meresmikan Crushing Plant di Donggala, Sulawesi Tengah, Sabtu (4/3/2017).

Di bidang kontruksi pembangkit listrik, lanjutnya, dia mengungkapkan jika WTON telah membangun tiga pondasi untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang, PLTU Tanjung Jati dan PLTU Cilacap.

Kini, lanjutnya, pihaknya juga tengah memproses untuk proyek serupa yang memiliki nilai yang jauh lebih besar. “Yang gedhe, masih dalam proses. Namun belum bisa kami ungkapkan.”

BISNIS CRUSHING

Tak hanya ekspansi untuk proyek pembangkit listrik yang bertujuan memperluas pasar, WTON juga melakukan ekspansi pembangunan fasilitas penghancuran batuan atau crushing plant.

Direktur Operasional III WTON Hary Respati mengungkapkan bisnis crushing plant dimulai sejak 3 tahun lalu yang bertujuan pemenuhan material baik untuk beton pra cetak (precast) maupun readymix. “[Untuk] keseimbangan, salah satu strategi integrasi. Selain menjamin pasokan juga untuk efisiensi,” ujarnya.

Dia mengungkapkan penentuan lokasi crushing juga harus dilihat dengan lokasi proyek agar semakin meningkatkan efisiensi. Misalnya, crushing ketiga perseroan yang berada di desa Lilo Dondo, Donggala bertujuan untuk menjamin pasokan material untuk pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda.

Total investasi crushing plant tersebut mencapai Rp50 miliar yang sebagian besar terserap untuk akuisisi lahan tambang batuan andesit seluas 23 hektare. Mesin tersebut memiliki kapasitas 240.000 ton per tahun yang dapat ditingkatkan hingga 480.000 ton per tahun.

Pasalnya, tambang batuan berlisensi izin usaha pertambangan (IUP) tersebut memiliki cadangan yang lebih bagus ketimbang crushing plant yang berada di Cigudeg, Bogor dan Lampung Selatan. Bahkan, diperkirakan bisa mendukung kebutuhan bahan baku split hingga 30 tahun mendatang. Padahal, kapasitas produksi crushing plant di Cigudeng dan Lampung masing-masing 350.000 ton per tahun.

Kendati demikian, produksi split --batuan kecil untuk campuran beton—dari crushing plant Donggala belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan untuk proyek jalan tol Balikpapan-Samarinda.

Oleh karena itu, WTON tak menutup kemungkinan untuk bekerjasama dengan produsen lokal yang berada di sekitar Donggala yang terkenal memiliki potensi batuan andesit sangat banyak.

Wilfred mengungkapkan ada sejumlah pola kerja sama yang dipertimbangkan. Pertama, pasokan batuan untuk diolah di crushing plant Donggala. Kedua, membeli produk split dari crusher lainnya yang berada di Donggala. Ketiga, akuisisi IUP.

Sementara itu, dari sisi pasar, Direktur Operasi I WTON Hadian Pramudita menambahkan perseroan berharap unit bisnis crushing yang dimiliki ke depan bisa berkembang menjadi besar, khususnya untuk yang berada di Donggala.

“Sasaran kami bukan hanya Balikpapan-Samarinda, tetapi juga ke Bontang. Jadi tidak hanya sampai disini saja. Saya harapkan bisa membesar baik sendiri atau kerja sama. Karena keunggulan kami yakni mencari pasar,” katanya.

Bisnis mencatat, WTON mengantongi kontrak baru Rp355 miliar pada Januari 2017 atau sekitar 5% dari target kontrak baru sebesar Rp6,3 triliun sepanjang tahun.Kontrak baru itu berasal dari sejumlah proyek infrastruktur, misalnya proyek jalan layang kereta api Medan sekitar Rp95 miliar, proyek jalan tol Medan-Binjai Rp8,5 miliar, proyek jalan tol Surabaya-Gempol Rp106 miliar.

Kontrak baru yang diperoleh pada 2016 dan ditargetkan pada 2017 tersebut sebagian berasal dari proyek yang pekerjaan konstruksinya digarap oleh induk usahanya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Proyek itu antara lain proyek jalan tol Balikpapan-Samarinda, jalan layang Semanggi-Jakarta, kereta ringan (LRT) ruas Kelapa Gading-Velodrome Rawamangun, perlindungan pengaman Pantai Jakarta, jalan lingkar luar Bogor seksi 2.

Proyek lainnya adalah jalan layang non tol Tendean-Ciledug paket Kebayoran Lama-Seskoal, mass rapid transit (MRT) Jakarta, automated person mover system (APMS) Bandara Soekarno Hatta, jalan layang kereta api Medan-Bandar Halifah serta berbagai pembangkit listrik di Jakarta, Jawa Tengah dan Sumatera Utara.

Dengan target kontrak baru tersebut, berdasarkan paparan manajemen sebelumnya, perusahaan menargetkan penjualan sekitar Rp5 triliun pada 2017. Target tersebut meningkat sekitar 19,8% dibandingkan dengan target Rp4,1 triliun pada 2016 atau meningkat 42% dibandingkan dengan perkiraan realisasi Rp3,5 triliun.

Dengan penjualan tersebut, perusahaan mengincar laba bersih sekitar Rp330 miliar sepanjang 2017 atau meningkat sekitar 9% dibandingkan dengan target Rp301 miliar pada 2016 atau meningkat 17,8% dibandingkan dengan perkiraan realisasi Rp280 miliar.

Wika Beton juga menjajaki untuk menerbitkan obligasi senilai Rp500 miliar pada 2017. Sebagian dari dana belanja modal tersebut akan digunakan untuk membangun pabrik baru di Subang, Jawa Barat.

Pabrik baru berkapasitas produksi 200.000 ton tersebut sekarang sedang dibangun oleh perusahaan dan akan diresmikan dalam waktu dekat. Apabila pabrik baru itu beroperasi maka kapasitas produksi Wika Beton akan bertambah menjadi 2,7 juta ton per tahun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lukas Hendra TM
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper