Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Semen Besar Sulit Lawan Kelesuan Pasar

Volume penjualan semen sepanjang JanuariNovember hanya mampu tumbuh 0,3% menjadi 56,5 juta ton.
Semen./JIBI-Andullah Azzam
Semen./JIBI-Andullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan yang sangat lesu membuat produsen semen besar sulit menggenjot pertumbuhan penjualan di atas pertumbuhan pasar.

Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Agung Wiharto mengatakan tekanan kelesuan permintaan terhadap kinerja produsen semen domestik tidak bisa dihindari.

“Industri semen itu betul-betul ditentukan oleh pasar. Jika mereka tidak butuh, diberikan diskon atau harganya diturunkan juga tidak akan terjual. Penjualan juga sulit lebih tinggi karena sekarang banyak pemain-pemain baru,” katanya, Selasa (13/12/2016).

Dia mengatakan Grup Semen Indonesia berusaha menjaga kinerja perusahaan di tengah kelesuan permintaan semen lewat efisiensi dan perluasan pasar ekspor.

Agung menambahkan Semen Indonesia juga berupaya tetap kompetitif dengan memperkuat rantai pasok perusahaan dari hulu hingga hilir lewat upaya penurunan biaya energi dan menggenjot kinerja industri pracetak.

Sekretaris Perusahaan PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk, Pigo Pramusakti, mengatakan mengatakan permintaan yang turun tajam di wilayah Jawa bagian barat membuat penjualan semen Indocement sulit tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan pasar.

“Lebih tinggi dari angka nasional sangat sulit karena home market kami di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat turun hingga dua digit,” katanya.

Pigo berharap tahun depan penjualan semen bisa tumbuh 4%—5% setelah dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan penjualan semen tidak mampu melebihi 4%.

Penurunan penjualan yang tajam pada November membuat penjualan semen tahunan tertekan semakin jauh dari target kenaikan 5% yang ditetapkan Asosiasi Semen Indonesia.

Volume penjualan semen sepanjang Januari—November hanya mampu tumbuh 0,3% menjadi 56,5 juta ton. Pada 2015, penjualan semen berhasil tumbuh 1,8% terdorong oleh gelontoran belanja pemerintah pada akhir tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper