Bisnis.com, JAKARTA - PT Saranacentral Bajatama Tbk optimistis permintaan baja lapis membaik setelah produsen China pangkas produksi.
Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA), Handaya Susanto, mengatakan permasalahan oversupply membuat utilisasi produksi baja lapis Bajatama cuma sekitar 60% dari total kapasitas produksi terpasang yang sekitar 150.000 ton.
Dia menjelaskan produksi baja lapis tertekan oleh banjir produk impor dari China. Produk China, jelasnya, mengisi sekitar 40% dari kebutuhan atas baja lapis di Indonesia yang melebihi 1 juta ton.
Namun, kondisi pasar tahun depan berpotensi membaik karena dalam beberapa bulan terakhir harga baja mulai merangkak naik terdorong oleh langkah China memangkas produksi baja.
Produsen baja lapis di Indonesia, lanjutnya, juga terbantu oleh penerapan safeguard atas produk baja lapis dan rencana penerapan wajib atas SNI baja lapis.
Dia juga yakin permintaan atas baja terus menanjak naik untuk mengisi tingkat konsumsi baja di Indonesia yang masih rendah. Fokus pemerintah membangun infrastruktur dan proyek satu juta ruma akan mempercepat kenaikan tingkat konsumsi baja lapis.
“Dua sampai tiga tahun ke depan kita mencari pasar lebih banyak. Saya yakin dengan produk kita yang berkualitas lebih bagus, permintaan akan terus meningkat,” kata Handya pada Kamis (1/12/2016).
Bajatama mulai meluncurkan produk baja lapis berwarna yang dipasarkan dengan merek SaranaColor dalam tujuh jenis warna. SaranaColor menjadi produk jenis ketiga Bajatama setelah produk baja lapis aluminium bermerek Saranalume dan baja lapis tergalvinasi yang bermerek SaranaGalvanized.
Bajatama memproduksi ketiga jenis baja tersebut menggunakan bahan baku baja canai dingin yang dipasok dari PT Krakatau Steel Tbk sebanyak 70% dan sisanya diimpor untuk menjaga kelancaran produksi.