Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menyutujui usulan Pelindo II untuk menyediakan fasilitas konsolidasi barang ekspor impor atau container freigh station (CFS) centre dan buffer area peti kemas impor yang sudah clearance kepabeanan dalam rangka pengawasan satu atap layanan logistik di Pelabuhan Priok.
Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok I Nyoman Gede Saputera mengatakan instansinya sudah menerbitkan surat persetujuan penyiapan kedua fasilitas itu pada Senin, 28 November 2016.
"Surat persetujuaannya sudah kami terbitkan kemarin (Senin 28 Nopember 2016) dan sudah kami sampaikan langsung ke Direksi Pelindo II," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (29/11/2016).
Dia mengatakan dukungan OP Tanjung Priok untuk penyiapan kedua fasilitas tersebut dalam rangka mendorong Pelindo II mensukseskan program menurunkan biaya logistik dan efisiensi jasa kepelabuhanan di Priok.
"Sekarang bolanya ada di Pelindo II untuk menjalankannya di pelabuhan Priok karena di situ juga terkait soal investasi yang mesti dipersiapkan," paparnya.
Nyoman mengungkapkan persetujuan OP Priok terkait pengembangan dan penyiapan fasilitas CFS centre dan buffer area peti kemas impor di Priok itu setelah melewati kajian komprehensif dan analisa tim bersama oleh OP Priok, Pelindo II dan masukkan dari pengguna jasa di pelabuhan.
"Jadi secara aturan sudah clear, apalagi juga sudah ada dukungan instansi lainnya seperti Bea dan Cukai Pelabuhan Priok dalam hal ini," tuturnya.
Pengamat dan praktisi kepelabuhanan yang juga Dirut PT Tata Waskita Indonesia (TWI) Wisnu Waskita menyambut positif adanya persetujuan kantor OP Tanjung Priok untuk menyiapkan fasilitas CFS centre tersebut.
"Kami tentunya sangat mendukung sebab sudah cukup lama pebisnis logistik menginginkan adanya CFS centre di Priok yang bisa jadi ikon perubahan di pelabuhan Priok," ujarnya kepada Bisnis.
Wisnu berharap Pelindo II segera menjalankan apa yang sudah menjadi keputusan OP Tanjung Priok tersebut supaya program Presiden Joko Widodo untuk mengefisiensikan biaya logistik di pelabuhan dan angkutan laut bisa terwujud.
Wisnu mengemukakan berdasarkan data Pelindo II Tanjung Priok, kargo eksisting di Priok saat ini untuk volume impor berstatus less than container load (LCL) atau CFS impor mencapai 3.500-4.000 TEU/bulan dengan potensi pertumbuhan 3-5% per tahun.
Adapun volume CFS ekspor setiap bulannya mencapai 4.000-4.500 TEUs dengan pertumbuhan rata-rata 2%-5% per tahun.
Untuk kargo impor bestatus full container load (FCL) baik untuk jenis kontainer dry maupun barang berbahaya atau dangerous cargo (DG) yang keluar dari terminal peti kemas Priok tetapi belum clearance pabean mencapai 12.000 TEU/bulan.
Adapun kargo impor FCL yang sudah SPPB atau sudah clearance tapi menumpuk lebih dari tiga hari di lini satu rata-rata mencapai 1.200 boks s/d 1.500 boks per bulan. "Semua kargo itu mesti diatur melalui tata kelola yang lebih baik di Priok untuk menekan cost logistik," tegasnya.
Direktur Operasi dan Sistem Informasi PT Pelindo II Prasetiadi mengatakan pada pertengahan November 2016 manajemen Pelindo II telah mengajukan secara resmi terkait penyiapan dua fasilitas penopang kelancaran logistik di Priok tersebut kepada Kepala Kantor OP Tanjung Priok.