Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) meminta kepada operator pelabuhan dan pihak Jakarta International Container Terminal (JICT) agar bisa membebaskan semua biaya yang timbul akibat adanya gangguan sistem operasi terminal.
Ketua Umum ALFI Jakarta Adil Karim mengatakan permintaan tersebut dilontarkan lantaran menerima laporan dari perusahaan anggota yang terlambat bahkan tidak dapat memproses pengiriman maupun pengeluaran peti kemas melalui JICT akibat adanya gangguan sistem.
Dia meminta manajemen JICT dan OP melakukan langkah darurat dengan mengalihkan layanan kapal ke terminal peti kemas lainnya seperti di TPK Koja, NPCT 1, atau terminal peti kemas lainnya di Pelabuhan Tanjung Priok, agar kegiatan perdagangan ekspor impor tidak terganggu.
Dia meminta agar manajemen JICT harus membebaskan semua biaya yang timbul akibat tidak berjalannya sistem TOS terhitung sejak sistem tersebut error hingga sistem TOS dapat beroperasi kembali. Beban biaya yang timbul antara lain barang ekspor terlambat naik ke kapal karena closing sehingga peti kemas hrus di tumpuk di lapangan penumpukan.
"Demikian juga barang impor yang sudah SPBB tidak bisa keluar sehingga harus ditumpuk di Container Yard dan yang terkena denda SPBB," ujarnya, Sabtu (19/11/2022).
Adil menjelaskan dampak gangguan sistem tersebut juga menimbulkan biaya-biaya lain seperti biaya detention, demurage, inap, atau penitipan peti kemas serta klaim dari pengirim barang dan klaim dari penerima barang yang nilainya tidak kecil.
Baca Juga
Adapun PT Jakarta International Container Terminal (JICT) menginformasikan terus melakukan percepatan perbaikan pada sistem operasional terminal petikemas yang mengalami gangguan sejak Kamis (17/11/2022).
Sekretaris Perusahaan PT Jakarta International Container Terminal (JICT) Raditya Arrya menjelaskan bahwa pada Jumat ini (18/11) tim JICT sudah mulai melakukan pelayanan secara online.
"Terima kasih kepada para pelanggan, stakeholders dan mitra kerja JICT atas pengertiannya selama proses perbaikan sistem operasional JICT. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan dan dampak yang timbul akibat gangguan pada sistem operasional JICT," jelas Raditya Arrya melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (18/11/2022).
Berdasarkan hasil investigasi internal, penyebab dari gangguan terhadap sistem operasional terminal JICT adalah serangan cyber.
Menurut Raditya gangguan terhadap sistem operasional terminal ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak perusahaan mengaplikasikan sistem operasional terminal secara digital dan terintegrasi langsung ke terminal petikemas. Bersamaan dengan proses perbaikan, JICT juga melakukan evaluasi menyeluruh agar peristiwa ini tidak terulang lagi di masa depan.
Menurutnya, JICT masih meningkatkan kualitas sistem operasional terminal dan layanan pelanggan.
"Target kami adalah memastikan bahwa setiap aktivitas bongkar muat di terminal container JICT menjadi semakin aman, efisien dan memberikan manfaat yang optimal kepada pelanggan, stakeholders, mitra kerja JICT dan perekonomian nasional," tekannya.