Bisnis.com, JAKARTA—Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede memproyeksikan surplus neraca perdagangan pada Oktober 2016 mencapai US$1,02 miliar.
Secara tahunan, total ekspor diperkirakan mengalami pertumbuhan 0,90%, sementara total ekspor juga tumbuh 0,87%. Dia mengatakan surplus neraca perdagangan didorong oleh peningkatan harga batu bara sehingga mendorong kenaikan ekspor baik secara nilai maupun volume.
“Jadi memang, impor juga kita lihat masih belum kuat. Ini dorongan dari harga komoditas. Bisa ada kemungkinan kalau harganya tidak stabil, walaupun sekarang untuk batu bara.,” katanya, di Jakarta, Senin (14/11/2016).
Hingga akhir tahun, dia memprediksi meskipun ekspor akan menurun karena secara musiman aktivitas perdagangan menjelang akhir tahun mulai mengendur. Namun, permintaan batu bara masih akan meningkat karena pengaruh musim dingin di negara tujuan sehingga bisa membantu laju ekspor hingga akhir tahun.
“Saya lihat sampai akhir tahun masih bisa tercatat surplus untuk neraca perdagangan secara keseluruhan. Saya perkirakan defisit transaksi berjalan bisa di level 2%-an terhadap produk domestik bruto [PDB],” ucapnya.
Di sisi lain, Josua menuturkan peningkatan harga batu bara ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Australia dan Indonesia yang ingin mengurangi produksi sehingga mengerek peningkatan harga.
Menurut dia, pemerintah tak boleh terlena oleh kenaikan harga komoditas karena patut diwaspadai sifatnya yang hanya sementara akibat kebijakan pengurangan produksi, sedangkan ekonomi global terus direvisi ke bawah untuk tahun depan .
“Harga komoditas dipengaruhi oleh kondisi global sendiri, pertumbuhan ekonomi global dan China. Permintaan terbesar dari China terutama batu bara,” katanya.