Bisnis.com, Jakarta - PT Pupuk Indonesia (Persero) terus berusaha meningkatkan efisiensi dengan mengalihkan sumber pasokan energi dari gas menjadi batu bara.
Direktur Operasi PT Pupuk Indonesia Energi (PIE), Kuntari Wahyuningdyah mengatakan harga gas yang semakin mahal membuat PT Pupuk Indonesia (Persero) menjalankan efisiensi.
Pabrik milik Pupuk Indonesia secara bertahap berhenti menggunakan gas sebagai sumber energi atau utilisasi dan fokus menggunakan gas dalam proses produksi.
“Efisiensi arahnya menggantikan utilitas dari gas jadi batu bara. Jadi ke depannya gas untuk proses saja,” kata Kuntari di sela acara Penandatanganan Perjanjian Kredit antara PIE dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (Bank SMBC), Rabu (27/7/2017).
Kuntari menjelaskan harga gas yang mahal sangat berdampak dalam proses produksi pupuk karena mencakup sekitar 70% dari harga pokok produksi.
Industri pengguna gas di Indonesia, termasuk pupuk, membayar sekitar US$6 per MMBTU dibandingkan harga US$4 per MMBTU yang dibayar oleh industri di Malaysia.
“Harga gas semakin mahal. Biarpun di luar semakin murah, industri pupuk tetap bayar segitu-segitu saja, masih mahal,” kata Kuntari.
PIE adalah salah satu dari 10 anak usaha Pupuk Indonesia yang bertugas memproduksi dan memasok energi ke pabrik-pabrik pupuk milik Pupuk Indonesia.
Pupuk Indonesia memiliki 50% saham dari PIE, sisanya terbagi antara PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (10%), PT Petrokimia Gresik (10%), PT Pupuk Kalimantan Timur (10%), PT Pupuk Kujang (5%), PT Pupuk Iskandar Muda (5%), dan PT Rekayasa Industri (10%).