Bisnis.com, SEMARANG - PT Apac Inti Corpora (Apac Inti) melakukan inovasi pengembangan produk denim untuk bahan baku sarung, pakaian koko dan sejenisnya dengan segmen kalangan menengah ke atas.
Rio Rianto, Staf Ahli PR PT Apac Inti Corpora, mengatakan pengembangan produk dengan sebutan sarung denim sebagai terobosan perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan menjaring konsumen baru di tengah kelesuan ekonomi domestik dan dampak menurunnya permintaan pasar ekspor di tingkat global.
Menurutnya, produksi sarung denim hanya dibatasi dengan volume kapasitas 1.000 yard hingga 2.000 yard, mengingat produk tersebut masih dalam tahap penjajakan pasar.
“Kami sebenarnya mampu memproduksi sarung denim dengan volume tak terhingga, tapi lihat pasar seperti apa dulu,” ujarnya saat ditemui Bisnis, (22/1/2016).
Rio mengakui dalam tahap awal sudah ada perusahaan besar melakukan kerja sama untuk pembuatan produk sarung denim dalam kapasitas lebih banyak. Menurutnya, perusahaan itu saat ini juga memproduksi sarung dengan kain katun.
Dengan pangsa pasar kalangan menengah ke atas, lanjutnya, perusahaan tidak kesulitan untuk memasarkan ke sejumlah pelaku usaha yang berminat dalam pembuatan sarung.
Pihaknya juga tidak mempersoalkan kerja sama dengan permintaan produksi dalam kapasitas banyak karena beberapa mesin sudah di-setting untuk memproduksi sarung denim dalam jumlah banyak.
“Kami tidak berinvestasi dengan membeli mesin baru. Hanya manfaatin mesin yang sudah ada,” ujarnya.
Apac Inti selama ini fokus menggarap industri utama tekstil bahan baku garmen dan denim, gray dan serta jenis benang.
Menurutnya, jenis benang (cotton) dan denim hingga saat ini masih memberikan kontribusi terbesar dibanding jenis lain yang di produksi Apac Inti baik untuk perolehan penjualan ekspor maupun pasar dalam negeri.
Pengembangan produk sarung denim diyakini bakal mendorong pendapatan pasar domestik, yang sebelumnya bukan menjadi prioritas. Pasalnya, hasil produksi perusahaan sebagian besar untuk memenuhi pasar ekspor ke berbagai negara.
Dia mengakui pasar ekspor mengalami kelesuan akibat dampak dari krisis global yang berkepanjangan. Dengan kondisi tersebut, perusahaan mulai mencoba menggarap pasar domestik dengan inovasi produk denim terbaru.
Kalangan industri tekstil selain tetap berupaya meningkatkan kualitas, juga dituntut untuk melakukan pengembangan desain serta mampumembaca trend pasar baik ekspor maupun domestik, menyusul perlambatan ekonomi yang hingga kini masih terus berlanjut.
Selain itu, aktivitas industri tekstil nasional saat ini masih mengalami gangguan cukup berat akibat kebijakan-kebijakan pemerintah tahun-tahun sebelumnya kurang mendukung.
Menurut dia, produsen tekstil kini semakin sulit berkembang dan tidak akan mampu bertahan jika tidak menerapkan terobosan baru, mengingat persaingan makin terbuka dengan dibukanya pasar bebas Asean awal tahun ini.
Saat ini perusahaan yang memiliki spidels (mata pintal) sebanyak 384.000 unit dan didukung sekitar 6.800 karyawan, dengan kemampuan produksi tekstil dan produk tekstil sekitar 111.128 ton per tahun dengan berbagai jenis.
Kemampuan produksi bahan baku jeans dapat mencapai menjadi 6,5 juta meter/bulan.