Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Lahan Melonjak, REI Jateng Lempar Handuk Bangun Rumah Subsidi

Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah kesulitan untuk merealisasikan pembangunan rumah tapak bersubsidi lantaran harga lahan di setiap daerah melambung tinggi.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, SEMARANG— Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah kesulitan untuk merealisasikan pembangunan rumah tapak bersubsidi lantaran harga lahan di setiap daerah melambung tinggi.

Dari target pembangunan rumah tapak bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) pada tahun lalu sebanyak 10.000 unit, REI Jateng hanya mampu merealisasikan 4.000 unit rumah.

Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah REI Jawa Tengah Bidang Promosi Publikasi, Pameran dan Humas Dibya K Hidayat menyatakan sulitnya realisasi pembangunan rumah bersubsidi mengingat harga lahan yang melambung tinggi.

Menurutnya, para pengembang sangat sulit mencari lahan atau tanah dengan harga di bawah Rp200.000/meterpersegi. Dia mengakui banyak makelar tanah yang bermain harga saat mengetahui akan dibangun perumahan.

“Mereka yang tahu lahannya akan dibangun perumahan, harganya langsung naik drastis. Bagaiamana kami bisa mencapai target, tahun lalu saja tidak bisa,” terangnya kepada Bisnis.com, Rabu (20/1/2016).

Dia menerangkan membeli lahan untuk rumah bersubsidi sangat sulit karena harga rumah sudah ditentukan oleh pemerintah.

Sebagaimana diketahui, harga rumah bersubsidi tahun ini dipatok harga Rp116 juta/unit untuk Provinsi Jawa Tengah.

Dibya mengakui market share rumah subsidi cukup besar dan selalu diatas rerata penjualan rumah premium. Namun demikian, pengembang tidak mau berspekulasi dengan membeli lahan yang terlalu mahal karena harga rumah sendiri sudah ditentukan oleh pemerintah.

“Kalau kami beli lahan untuk rumah premium, kami bisa menaikkan harga sewaktu-waktu. Nah, rumah subsidi berlaku sepanjang satu tahun atau tidak berubah,” ujarnya.

Dari sejumlah pengembang yang membangun rumah bersubsidi, katanya, rerata sudah terjual habis lantaran kebutuhan tempat tinggal untuk masyarakat menengah ke bawah di Jateng cukup tinggi.

Melirik data sebelumnya, angka kekurangan rumah atau backlog di Jateng pada tahun lalu mencapai 1,4 juta atau 10% dari total nasional diangka 14 juta unit.

Jika tahun lalu REI tidak mampu merealisasikan pembangunan rumah untuk MBR, Dibya mengakui makin banyak kesenjangan orang tidak memiliki rumah. “Kami belum tahu angka pastinya, tapi jumlahnya makin besar,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper