Bisnis.com, JAKARTA - Pelambatan pertumbuhan ekonomi China bukanlah hal yang mengejutkan karena pemerintah telah mengantisipasinya dengan berbagai kebijakan.
Sofyan Djalil, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, mengatakan pemerintah telah melihat gejala pelambatan pertumbuhan ekonomi China dari menurunnya permintaan produk nasional. Akibatnya, ekspor Indonesia ke China harus berkurang, karena minimnya permintaan.
“Itu [pelambatan pertumbuhan ekonomi China] tidak mengejutkan karena sudah diperkirakan akan terjadi,” katanya di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (19/1/2016).
Seperti diketahui, realisasi pertumbuhan ekonomi China sepanjang 2015 hanya 6,9%, atau di bawah proyeksi maupun asumsi pada awal tahun lalu yang dipatok 7%.
Sofyan menuturkan pemerintah akan mendorong konsumsi domestik untuk mengantisipasi pelambatan pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini.
Pemerintah juga akan mengoptimalkan pasar dalam negeri dan mencari pasar baru untuk produk nasional, sehingga tidak bergantung kepada China.
Menurutnya, investasi juga menjadi faktor penting agar perekonomian nasional dapat bertahan dari pelambatan ekonomi dunia. Hal itu pun sudah disadari pemerintah, sehingga mengeluarkan sejumlah paket kebijakan ekonomi untuk menggenjot arus investasi.
Sofyan juga menyebutkan pelambatan pertumbuhan ekonomi China dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk menarik investasi dari negara tersebut. Untuk itu, pemerintah terus mendorong pertumbuhan sektor manufaktur dengan memperbaiki sistemnya.
“Perbaikan kawasan industri itu memang dalam rangka mengharapkan relokasi dari perusahaan yang selama ini mengembangkan industrinya di Tiongkok,” ucapnya.
Pemerintah juga harus mengantisipasi ekspansi perusahaan domestik China dalam berbagai sektor. Dengan begitu, Indonesia dapat memanfaatkan pelambatan ekonomi dunia secara optimal untuk kepentingan nasional.