Bisnis.com, PADANG—Inflasi Sumatra Barat sepanjang 2015 diklaim lebih terkendali setelah dua tahun sebelumnya mencetak rekor inflasi selalu dua digit. Namun, untuk 2016, pemerintah daerah diminta lebih waspada.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar mencatatkan inflasi dua kota, Padang dan Bukittinggi yang menjadi indikator ekonomi daerah itu naik tipis sepanjang Desember 2015. Inflasi Padang di bulan itu mencapai 1,79% dan Bukittinggi 1,80%.
Adapun, inflasi kalender sepanjang tahun, untuk Kota Padang sebesar 0,85% dan Kota Bukittinggi mencapai 2,79%.
Yomin Tofri, Kepala BPS Sumbar menyebutkan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, inflasi daerah itu tahun 2015 cenderung lebih stabil.
“Tahun 2015 jauh lebih stabil. Tahun-tahun sebelumnya inflasi Sumbar selalu di atas nasional, bahkan selalu dua digit dalam dua tahun terakhir,” katanya, Senin (4/1/2016).
Menurutnya, terkendalinya pasokan komoditas pokok di pasaran sepanjang tahun lalu, serta akibat tekanan ekonomi yang mendorong masyarakat mengurangi belanja membuat inflasi lebih stabil.
“Ke depan, harapan kami juga lebih stabil,” katanya.
Adapun, per Desember 2015, inflasi Padang disebabkan adanya peningkatan pengeluaran pada lima kelompok pengeluaran, yakni bahan makanan 4,14%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,44%.
Selain itu, kelompok perumahan, air, listri, gas dan bahan bakar sebesar 0,67%, pendidikan rekreasi dan olahraga 0,02% dan kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan 2,83%.
Sisanya, kelompok sandang mengalami deflasi 0,42% dan kelompok kesehatan tidak mengalami perubahan.
Di Kota Bukittinggi, sejumlah kelompok pengeluaran juga mengalami inflasi, yakni kelompok bahan makanan 6,69%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,92%, perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar 0,14%.
Selanjutnya, kelompok kesehatan 0,15%, dan transport, komunikasi dan jasa keuangan 0,04%. Sedangkan kelompok sandang deflasi 0,34%, dan pendidikan rekreasi dan olahraga deflasi 0,03%.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko mengatakan inflasi daerah itu sepanjang tahun ini lebih terkendali karena hingga akhir tahun inflasi hanya di kisaran 1%.
“Ada perbaikan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai dua digit. Perkiraan kami tahun depan masih akan lebih stabil,” katanya.
Menurutnya, stabilitas inflasi di daerah itu dicapai karena setiap daerah sudah membentuk tim pengendalian inflasi daerah (TPID).
Dia meminta pemda bersama TPID mampu menjamin ketersediaan pasokan komoditas penyumbang inflasi, seperti beras, cabai, dan bawang merah. Selain itu juga menjamin mobilitas barang, dan menciptakan ekspektasi yang baik di masyarakat.
“Ini ([inflasi) sangat fluktuatif. Sekarang terbantu selain karena pasokan terpenuhi, terkendalinya harga, juga permintaan masyarakat yang menurun karena imbas tekanan ekonomi. Perlu diwaspadi perubahan ke depan,” jelasnya.