Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jabar Berupaya Stabilkan Produksi Cabai

Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus berupaya menstabilkan produksi cabai guna memenuhi kebutuhan pasar regional serta menjaga kestabilan harga.
Panen Cabai. /Bisnis.com
Panen Cabai. /Bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus berupaya menstabilkan produksi cabai guna memenuhi kebutuhan pasar regional serta menjaga kestabilan harga.
 
Kepala Bidang Produksi Hortikultura Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Diperta) Jabar Obas Firmansyah mengatakan upaya menstabilkan produksi cabai di Jabar dengan cara gerakan tanam cabai sepanjang musim baik hujan maupun kemarau.
 
"Gerakan tanam cabai ini dilakukan dengan mengacu pada standar good agriculture practice (GAP) agar produksi yang dihasilkan lebih berkualitas," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (3/1).
 
Dia menjelaskan, sepanjang Desember 2015 produksi cabai besar di Jabar mencapai  198.638 kuintal dengan luas lahan 1.406,3 hektare (ha). Adapun, cabai rawit sebesar 91.073 kuintal dengan luas panen 349,8 ha.
 
Sentra di Jabar yang memproduksi cabai antara lain Kabupaten Cirebon, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bandung, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Sumedang.
 
"Panen akan terus berlangsung hingga Maret mendatang, yang produksinya saat ini banyak dipasok ke Bandung Raya dan Jakarta," ujarnya.
 
Di samping itu, Diperta medorong pembukaan lahan baru untuk menunjang stok penjualan cabai sehingga konsumen tidak lagi bergantung pada cabai merah yang didatangkan dari daerah lain.
 
“Harga cabai sering saat ini sering dispekulasi. Karena proses pendistribusian yang panjang dan sering mengalami kendala,” jelasnya.
 
Sementara itu, Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Kabupaten Ciamis Pipin Apilin mengatakan pemerintah jangan hanya menyerap cabai petani di saat anjlok saja, namun harus memperbaiki mulai dari sektor hulu.
 
Menurutnya, pemerintah perlu mengatur waktu tanam pola cabai agar produksi stabil sehingga harga jual di tingkat petani pun mengalami hal serupa.
 
"Kami akui petani sulit untuk mengatur pola tanam karena mereka tidak memiliki pekerjaan lagi. Namun, apabila pemerintah memberikan pemahaman terhadap petani setidaknya bisa berpengaruh besar," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper