Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau AirNav Indonesia meningkatkan kapasitas layanan navigasi di bandara terpencil.
Permintaan itu merujuk banyaknya bandara terpencil di Tanah Air yang minim fasilitas navigasi bagi penerbangan perintis.
"Navigasi udara harus meningkatkan kapasitas supaya kapanpun dipakai, bisa dipakai. Minimal pendaratan darurat," katanya saat membuka Sesi Diskusi Perhubungan: Merajut Indonesia bertema Memperbaiki Industri Penerbangan di Perbatasan dan Wilayah Terpencil di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (30/9/2015).
Diskusi itu merupakan hasil kerja sama Harian Bisnis Indonesia dengan Kementerian Perhubungan.
Minimnya fasilitas navigasi di bandara terpencil, papar Jonan, dibuktikan ada layanan navigasi bandara yang tutup ketika sore hingga pagi. Padahal, lanjutnya, layanan penerbangan perintis dan penerbangan carter tetap beroperasi.
Jonan mempertanyakan bagaimana jika ada pesawat mau mendarat darurat di bandara itu. "Ini harus diperhatikan," tegasnya.
Direktur AirNav Indonesia Yurlis Hasibuan menyatakan pihaknya siap meningkatkan kapasitas si bandara terpencil.
"Contohnya, petugas air traffic controller yang banyak terkonsentrasi di Cengkareng akan kita ratakan juga ke Papua," katanya.