Bisnis.com, JAKARTA--Ketua National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi menuturkan Otoritas Pelabuhan masih cenderung berperan bersifat administratif dan kurang inisiatif.
Menurutnya, operator pelabuhan dalam hal ini PT Pelabuhan Indonesia II memiliki sumber daya yang cukup baik dari sisi personel dan dana untuk mengatasi dwelling time.
"Supaya cepat bergerak diserahkan saja ke instansi atau lembaga, yang paling siap [operator] pelabuhan. Kalau bea cukai jadi Otoritas Pelabuhan, orangnya enggak cukup, proses rekrutnya juga panjang," ucapnya, Rabu (5/8/2015).
Menurutnya, dwelling time di pelabuhan tergantung daripada siklus perdagangan. Ketika impor sedang tinggi terutama saat hari raya keagamaan dan akhir tahun akan mendorong banyaknya kontainer yang menumpuk di pelabuhan. Selain itu, aksi importir spekulan yang memanfaatkan situasi juga berpengaruh.
Dia menjelaskan dari 60.000-70.000 kontainer per bulan yang beredar di Tanjung Priok, belum ada persentase pasti yang masuk ke jalur merah, hijau, dan kuning.
"Permasalahan dwelling time sudah agak melebar, saat ini impor lagi turun. Impor sedang melemah di Tanjung Priok dan pelabuhan lain. Bahkan dwelling time turun saat ini, perkiraan bisa tiga harian," ujarnya.