Bisnis.com JAKARTA--Ekonom memandang Indonesia bukan menjadi tujuan utama investasi portofolio di Asean. Posisi Indonesia bergabung bersama Thailand ke dalam daftar pasar yang lebih dihindari.
Managing Director Morgan Stanley Asean Pte Hozefa Topiwalla mengatakan posisi itu berbeda dengan Filipina dan Singapura bertengger di deretan negara yang lebih disukai. Dia menjabarkan, kendati Filipina sama-sama memiliki porsi kepemilikan asing yang tinggi negara itu tak punya masalah fundamental seperti yang didera Indonesia.
"Filipina mengalami surplus neraca transaksi berjalan dan loan to deposit ratio (LDR) mencapai 65%. Proyek dengan skema public private partnership (PPP) sudah mulai jalan. Filipina tidak punya masalah pendanaan seperti Indonesia," katanya, Senin (8/6/2015).
Sementara untuk Singapura, selain pasar domestik yang sudah cukup dalam pasar juga sudah mengekspektasikan pertumbuhan yang melemah dalam jangka waktu panjang. Di sisi lain, Thailand yang tengah diliputi kisruh politik juga dihindari pasar. Masa transisi pemerintahan membuat pasar Negeri Gajah Putih itu dipandang kurang kondusif.
Hozefa mengatakan sepanjang lebih dari satu dekade terakhir, tren di Indonesia menunjukkan pasar akan kembali bangkit pascaguncangan krisis. Namun, dia menggarisbawahi, saat itu Indonesia mengalami pertumbuhan tajam dan membentuk kondisi fundamental yang relatif kuat untuk menghadapi krisis.
"Sekarang yang saya khawatirkan adalah Indonesia punya masalah fundamental pertumbuhan. Itu yang kita belum tahu," katanya.