Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pinjaman Luar Negeri Gandakan Transaksi Modal dan Finansial

Peningkatan signifikan surplus transaksi modal dan finansial hingga digerakkan oleh penarikan pinjaman luar negeri secara besar-besaran jelang akhir tahun dan pemanfaatan secara agresif instrumen moneter yang menyerap valuta asing.nn
Penarikan pinjaman luar negeri secara besar-besaran itu dinilai wajar. /bisnis.com
Penarikan pinjaman luar negeri secara besar-besaran itu dinilai wajar. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan signifikan surplus transaksi modal dan finansial hingga digerakkan oleh penarikan pinjaman luar negeri secara besar-besaran jelang akhir tahun dan  pemanfaatan secara agresif instrumen moneter yang menyerap valuta asing.

BI mencatat surplus transaksi modal dan finansial kuartal IV/2013 sebesar US$9,2 miliar, hampir menggandakan realisasi kuartal sebelumnya US$5,6 miliar.

Saat surplus investasi langsung (direct investment) dan portofolio menipis, investasi lainnya justru berbalik arah dengan membukukan surplus US$5,9 miliar setelah kuartal sebelumnya defisit US$2 miliar.

“Surplus itu terutama dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri korporasi dan penarikan simpanan bank domestik di luar negeri,” kata Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowaty, Jumat (14/2/2014).

Penarikan pinjaman luar negeri secara besar-besaran itu dinilai wajar. Sesuai pola historis, puncak penarikan biasa terjadi pada kuartal terakhir setiap tahun.

Adapun penarikan simpanan bank di luar negeri dilakukan dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan nasabah, di samping untuk memanfaatkan instrumen yang disediakan oleh BI. 

Bank sentral menelurkan forex (FX) swap dan deposito berjangka dalam dolar (dollar term deposit) yang memungkinkan bank lokal menyimpan dolarnya di BI dalam jangka waktu tertentu.

Di sisi lain, investasi langsung justru mengalami perlambatan surplus menjadi US$1,6 miliar dari US$5,7 miliar. Aliran masuk PMA yang lebih rendah dipengaruhi melambatnya kegiatan investasi domestik dan juga divestasi beberapa perusahaan PMA, seperti Inalum dan HESS.

Demikian pula dengan investasi portofolio yang surplusnya menyempit dari US$1,9 miliar menjadi USS1,8 miliar karena pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastian terkait rencana pengurangan stimulus moneter (tapering off) di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper