Bisnis.com, JAKARTA - Dari 6,8 juta usaha kecil dan menengah di Jawa Timur hanya 4.000 UMKM alias hanya 0,06% yang dinilai siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean yang berlaku efektif pada akhir 2015.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan mayoritas UMKM di Jawa Timur bergerak di sektor industri primer. Dengan kondisi demikian, daya saing UMKM untuk memasuki MEA cenderung rendah.
"Dari 6,8 juta UMKM yang sudah siap betul hanya 4.000 dan yang masuk inkubator 70.000 UMKM," tuturnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (28/4/2015).
Soekarwo mencontohkan UMKM makanan minuman di Jawa Timur masih bersifat primer. Misalnya, pisang diolah menjadi keripik pisang.
Untuk itu, Pemda Jatim menggandeng perusahaan asing untuk meningkatkan nilai tambah produk-produk UMKM lokal. Misalnya dengan membangun pabrik selai atau ekstrak buah mangga di Jatim.
"Buah Mangga kita itu ada bintik-bintiknya, karena tumbuh di daerah tropis. Itu ekspor tidak mau terima. Jadi kita buat perjanjian dengan investor Australia untuk bangun pabrik ekstrak mangga di sini," imbuhnya.
Selain memperkuat kapasitas UMKM, Pemda Jatim juga menyiapkan sistem inspeksi barang yang keluar dan masuk di pelabuhan sekitar Jatim. Sistem berbasis online tracking ini diharapkan dapat mencegah masuknya barang berbahaya dan tidak sesuai SNI dari negara-negara Asean.
"Kita siapkan inspeksi jamur, toksin, merkuri, karantina hewan di front line. Ini kerja sama dengan Bea Cukai, Kementerian Pertanian, dan BPOM," ucapnya.