Bisnis.com, DOMPU - Presiden Joko Widodo memutuskan harga pembelian pemerintah untuk jagung basah pipilan atau baru panen Rp2.000 per kilogram dan jagung pipilan kering Rp2.700/kg.
"Tapi HPP ini bisa naik Rp50/kg atau bisa turun Rp50/kg," kata Presiden Joko Widodo saat menggelar dialog dengan para petani usai panen jagung di Desa Kampasi Meci, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (11/4/2015).
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi, didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Gubernur NTB TGH M. Zainul Majdi, Wakil Gubernur NTB H.M. Amin.
Hadir juga pada acara tersebut, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irjen Pol (Purn) Farouk Muhammad, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah.
Jokowi mengatakan besaran HPP jagung tersebut akan dibahas di Jakarta dan dikonsultasikan dengan DPR dan DPD.
"HPP akan ditentukan, tapi jangan minta naik lagi, sudah dihitung dengan kalkulator di Jakarta," ujarnya.
Di hadapan ratusan petani, Jokowi mengaku tujuan kedatangannya ke Dompu karena mendengar harga komoditas tersebut turun.
"Saya ke sini karena saya mendengar harga jagung turun. Yang ditanyakan juga paling soal itu," ujarnya sebelum memulai dialog, yang dikutip Antara.
Pada kesempatan itu, Presiden memperoleh informasi dari petani bahwa harga jagung pipilan basah yang baru dipanen Rp1.800/kg dan pipilan kering Rp2.400/kg.
Jokowi juga meminta Bulog untuk melakukan penyerapan jagung produksi petani setelah diberlakukan HPP jagung.
PRODUKSI JAGUNG
Badan Pusat Statistik (BPS) melansir berita terbaru terkait produksi jagung tahun 2014. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II 2014, produksi jagung diperkirakan sebanyak 19,13 juta ton pipilan kering atau mengalami kenaikan sebanyak 0,62 juta ton (3,33 persen) dibandingkan tahun lalu.
Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 58,72.000 hektare (1,54 persen) dan kenaikan produktivitas sebesar 0,85 kuintal per hektare (1,75 persen).
Kenaikan produksi jagung diperkirakan terjadi di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa masing-masing sebanyak 0,06 juta ton dan 0,56 juta ton. Ada lima provinsi yang peningkatan produksi relatif besar yaitu di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Gorontalo, dan Lampung.
Sementara perkiraan penurunan produksi ada di Jawa Barat, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Bengkulu, dan Bali. Kenaikan produksi terjadi padasubroundMei-Agustus dansubroundSeptember-Desember masing-masing sebanyak 0,56 juta ton (10,62 persen) dan 0,28 juta ton (6,49 persen).
Sementara, padasubroundJanuari-April produksi jagung mengalami penurunan sebanyak 0,23 juta ton (2,63 persen) dibandingkan dengan produksi padasubroundyang sama di 2013.