Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri Arief: Devisa dari Wisata Bahari Harus Naik 400%

Pemerintah menargetkan peningkatan devisa negara dari wisata bahari hingga empat kali lipat menjadi US$4 miliar, dari yang saat ini sekitar US$1 miliar hingga lima tahun mendatang.
Indonesia dinilai belum optimal dalam mengembangkan potensi terumbu karang yang ada di dalam negeri. Padahal, sekitar dua per tiga terumbu karang dunia ada di Tanah Air./Ilustrasi Terumbu karang-Bisnis
Indonesia dinilai belum optimal dalam mengembangkan potensi terumbu karang yang ada di dalam negeri. Padahal, sekitar dua per tiga terumbu karang dunia ada di Tanah Air./Ilustrasi Terumbu karang-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menargetkan peningkatan devisa negara dari wisata bahari hingga empat kali lipat menjadi US$4 miliar, dari yang saat ini sekitar US$1 miliar hingga lima tahun mendatang.

Arief Yahya, Menteri Pariwisata, mengatakan Indonesia belum optimal dalam mengembangkan potensi terumbu karang yang ada di dalam negeri. Padahal sekitar dua per tiga terumbu karang di dunia ada di dalam negeri.

"Kami harapkan tahun ini peningkatan devisa dari wisata bahari dapat tumbuh empat kali lipat dari US$1 miliar saat ini," katanya di Istana Bogor, Senin (16/2).

Arief menuturkan pemerintah juga akan mengoptimalkan potensi industri kapal layar dan kapal pesiar yang sering singgah di Indonesia. Tahun ini, pemerintah menargetkan membuat 12 kegiatan yang melibatkan kapal layar dari berbagai negara.

Selain itu, 10 pelabuhan besar di dalam negeri juga rencananya akan dikunjungi oleh kapal pesiar, sehingga diharapkan dapat menyumbangkan devisa yang cukup tinggi selama kapal tersebut bersandar di pelabuhan Indonesia.

"Spending dari wisatawan dari kapal pesiar itu sangat besar, dan waktu tinggalnya juga cukup lama," ujarnya.

Arief juga menuturkan pentingnya kebijakan bebas visa untuk menarik wisatawan mancanegara. Pengeluaran dari wisatawan mancanegara pun dianggap dapat menutup kerugian pemerintah dari biaya kepengurusan visa yang dibebaskan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper