Bisnis.com, MALANG - Kabar adanya baju impor bekas mengandung bakteri langsung membuat transaksi penjualan baju impor di Kota Malang, Jawa Timur, turun secara drastis hingga 50%.
Gandi S., pemilik Rupa Rupa spesialis pakaian impor di Kota Malang, mengatakan imbauan Kementerian Perdagangan agar masyarakat tidak lagi membeli pakaian impor bekas langsung berimbas pada kekhawatiran
“Apalagi kabar baju impor mengandung bakteri hampir bersamaan dengan apel impor asal Amerika Serikat (AS) sehingga langsung direspons negatif oleh masyarakat utamanya konsumen,” kata Gandi, Rabu (4/2/
Sejak kabar baju impor mengandung bakteri berhembus, transaksi di tempatnya turun dari Rp500.000 per hari hanya menjadi Rp200.000 per hari atau maksimal Rp300.000 per hari.
Kondisi ini membuat pedagang baju impor seperti dirinya mengaku cemas. Karena jika masyarakat benar-benar tidak membeli baju impor maka usaha yang digeluti akan gulung tikar.
“Bisnis penjualan baju impor di Malang dalam beberapa tahun terakhir relatif meningkat. Banyak pedagang baju impor bermunculan,” jelas dia.
Selama ini baju impor banyak didatangkan dari Korea, Jepang da Singapura. Biasanya baju impor tersebut sebelum dijual dipilah-pilah. Untuk baju yang memiliki kualitas bagus dicuci agar bisa mendongkrak harga.
Sedangkan baju yang masuk kategori apkir tidak dicuci terlebih dahulu dan langsung dijual apa adanya. Menyikapi adanya bakteri dalam baju impor tersebut cukup sulit dilakukan pedagang.
“Karena kami tidak cukup punya parameter untuk menjamin baju tersebut aman. Namun berkaca dari pengalaman kami berjualan selama ini belum ada konsumen yang komplain karena sakit atau mengalami gangguan pada kulitnya. Karena konsumen juga bakal membersihkan baju yang baru dibelinya,” ujarnya.
Menurut Kementerian Perdagangan, pakaian impor bekas merupakan barang ilegal di Indonesia. Pakaian impor bekas dikategorikan barang berbahaya karena beredar tanpa ada pengecekan quality control bahkan disinyalir terdapat 260.000 koloni bakteri mikrobiologis di pakaian impor bekas.
Bakteri tersebut bisa membuat kulit gatal gatal, diare dan bisa terkena penyakit saluran kelamin.
Oleh karena itu, Kemendag mengimbau masyarakat untuk tidak lagi membeli pakaian impor bekas. Namun, jika terpaksa membeli pakaian impor bekas masyarakat harus berhati-hati agar terhindar dari serangan bakteri tersebut.