Bisnis.com, JAKARTA—Pertahanan produsen furnitur semakin lemah menghadapi gempuran produk impor pada tahun ini.
Sekretaris Jendral Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) Abdul Sobur mengatakan selama lima tahun terakhir sekitar 45% pasar domestik dikuasai furnitur dan kerajinan buatan negara lain. Pangsa ini diyakini semakin bengkak seiring dengan kehadiran investasi baru.
"Pada tahun ini pangsa pasar furnitur asing bisa 55% dan kita tidak bisa melawan ini kecuali produk yang kelas-kelas bawah," tuturnya, di Jakarta, Senin (19/1/2015).
Peningkatan pangsa pasar 10% itu terdorong kemunculan toko furnitur dan perabot asing skala besar. Sebut saja IKEA asal Swedia yang jelang akhir tahun lalu membuka toko pertamanya di Indonesia berlokasi di Alam Sutra, Tangerang.
IKEA memilih PT Hero Supermarket Tbk. sebagai pemegang waralabanya di Indonesia. Toko-toko sekelas IKEA ini sukar disaingi pengusaha lokal bukan dari segi kualitas produk, melainkan lebih kepada strategi pemasaran dan harga jual yang kalah kompetitif.
Abdul mengatakan bisa-bisa produk furnitur dan kerajinan lokal kehilangan seluruh pangsanya di dalam negeri. Bukan cuma karena mereka lebih berorientasi ekspor, tetapi juga produk yang dijual toko sekelas IKEA dan Informa mayoritas impor.
"Di Amkri sendiri 99% pengusahanya itu eksportir, jadi yang jaga gawang [di dalam negeri] masih sedikit. Negara kita sendiri dijebol negara lain," tuturnya.
Amkri melihat pasar furnitur dan kerajinan di Tanah Air meningkat pesat selama lima tahun terakhir sejalan dengan pertumbuhan properti, tahun ini diproyeksikan naik 15%. Setiap rumah membutuhkan mebel maupun kerajinan untuk menghias interiornya.