Bisnis.com, JEMBER-- Bioteknologi berupa benih jagung transgenik sangat dibutuhkan oleh petani untuk mengatasi serangan hama, penyakit dan gulma yang telah menyerang tanaman jagung bertahun-tahun.
Namun, hingga saat ini benih jagung transgenik belum dapat diterapkan di Indonesia karena Pemerintah belum melegalkan benih transgenik untuk dikomersialkan.
Anggota Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik Bambang Purwantara mengatakan penerapan benih jagung transgenik hanya tinggal menunggu waktu.
"Diperkirakan dalam hitungan beberapa bulan ke depan atau maksimal dalam waktu setahun benih jagung transgenik sudah bisa diterapkan," ucapnya di acara diskusi dengan petani jagung di Jember, Selasa (23/12/2014).
Saat ini, benih jagung transgenik telah mengantongi dua dari tiga izin yang disyaratkan oleh pemerintah, yaitu izin aman pangan dan izin aman lingkungan hidup. Sedangkan izin aman pakan belum dikantongi.
Lebih lanjut, saat ini ada dua varietas benih jagung transgenik yang sedang diperjuangkan agar segera bisa dapat dilegalkan untuk dilepas ke masyarakat.
"Benih bioteknologi yang sedang kita perjuangkan ada dua, bebas penggerek batang dan yang tahan herbisida," ujar Bambang.
Benih jagung transgenik merupakan harapan bagi petani untuk dapat mendapatkan hasil panen maksimal karena benih jagung hibrida, yang mereka gunakan saat ini, tidak tahan hama, penyakit, dan gulma.
Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan dengan bioteknologi ini diharapkan pemerintah tidak perlu lagi mengimpor jagung.
Pada 2013 pemerintah mengimpor jagung sebanyak 3 juta ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan nilai US$1 miliar.
Impor tersebut untuk menutupi kebutuhan produksi pakan yang diperkirakan mencapai 15,5 juta ton. Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung nasional 18 juta ton tahun depan.
