Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JAGUNG TRANSGENIK: Pemerintah Diminta Kaji Risiko Lingkungan

Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat meminta pemerintah melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pelegalan benih jagung transgenik di Indonesia.

Bisnis.com, BANDUNG -- Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat meminta pemerintah melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pelegalan benih jagung transgenik di Indonesia.

Hal ini menyusul adanya desakan dari beberapa pihak agar Indonesia mulai menanam benih jagung transgenik untuk mengurangi impor jagung.

Ketua HKTI Jabar Entang Sastraatmaja menilai sebelum diterbitkannya regulasi pelegalan tentang benih jagung transgenik maka pemerintah harus mengkaji terlebih dulu potensi risiko lingkungan.

“Beberapa penelitian memang sudah dilakukan dan dianggap aman. Namun untuk risiko lingkungan harus lebih dipertimbangkan,” katanya kepada Bisnis, Senin (6/10/2014).

Dia beralasan selama ini penyebaran gen dari tanaman transgenik sering dianggap sebagai ancaman terhadap keanekaan hayati.

Menurutnya, jika pemerintah sudah meneliti risiko transgenik terhadap lingkungan dinyatakan aman. Selanjutnya, regulasi pelegalan bisa diterbikan untuk mengatasi tingginya impor jagung yang selama ini dilakukan.

“Permintaan jagung dalam negeri terutama untuk pakan meningkat pesat dan Indonesia mempunyai masalah pada supply dan demand, di mana untuk supply outputnya tergantung pada pertanian,” katanya.

Dia menjelaskan produktivitas jagung transgenik mencapai 15 ton per hektare, jauh lebih tinggi dengan produksi jagung biasa atau hibrida 8 ton per ha.

“Di sini pemerintah harus berani mengambil sikap, apakah akan mengembangkan jagung transgenik untuk mengatasi impor jagung atau memiliki solusi lain untuk mengatasinya?” katanya.

Secara terpisah, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat terus menggenjot produksi jagung guna memenuhi kebutuhan pakan ternak.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Diperta Jabar Uneef Primadi mengatakan produktivitas komoditas jagung pada 2014 mencapai 7,2 ton per hektare.

Secara nasional Jabar berhasil mencapai produktivitas tertinggi, karena rata-rata produktivitas nasional hanya sebesar 5,3 ton per ha.

Dia menyebutkan realisasi produksi jagung pada semester I/2014 mencapai 832.367 ton pipilan kering (PK) dari target sepanjang 2014 sebesar 1.102.505 ton.

“Kami yakin upaya peningkatan itu dapat direalisasikan, karena minat petani untuk menanam jagung masih tinggi," katanya.

Dia menjelaskan hampir 70% produksi diserap industri pakan ternak, terlebih Jabar jadi sentra unggas, sisanya untuk konsumsi.

Badan Pusat Statistik Jawa Barat memperkirakan produksi jagung pada tahun ini mengalami penurunan 6,84% atau 1.026.635 ton pipilan kering dibandingkan 2013.

Kondisi ini disebabkan penurunan ramalan luas panen sebesar 7,96% dari 152.923 hektare. Sedangkan penurunan ramalan produktivitas meningkat 1,22% dari 72,06 kuintal per hektare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper