Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspansi Chandra Asri Genjot Ekspansi Bisnis

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. menggenjot ekspansi bisnis untuk jangka pendek sekaligus menyiapkan cita-cita jangka panjang.n
Pekerja PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) menuangkan biji plastik (polypropylene) ramah lingkungan untuk bahan membuat kantong plastik yang mudah lapuk kembali menjadi tanah dalam tempo 4 bulan, di Cilegon, Banten, Selasa (12/11). Perusahaan petrokimia tersebut memproduksi biji plastik ramah lingkungan dengan kode Asrene SF5008E untuk dipasarkan ke semua kota Besar di Indonesia untuk mengurangi dampak buruk limbah plastik konvensional yang tidak bisa lapuk dalam ratusan tahun./antara
Pekerja PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) menuangkan biji plastik (polypropylene) ramah lingkungan untuk bahan membuat kantong plastik yang mudah lapuk kembali menjadi tanah dalam tempo 4 bulan, di Cilegon, Banten, Selasa (12/11). Perusahaan petrokimia tersebut memproduksi biji plastik ramah lingkungan dengan kode Asrene SF5008E untuk dipasarkan ke semua kota Besar di Indonesia untuk mengurangi dampak buruk limbah plastik konvensional yang tidak bisa lapuk dalam ratusan tahun./antara

Bisnis.com, BANTEN -- PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. menggenjot ekspansi bisnis untuk jangka pendek sekaligus menyiapkan cita-cita jangka panjang.

Perluasan bisnis perusahaan petrokimia itu berada di sisi hilir, yakni pembangunan pabrik styrene butadiene rubber (SBR) bekerja sama dengan produsen ban Michelin. Untuk jangka panjang perseroan hendak memperkuat lini hulu melalui pembangunan kilang minyak.

Presiden Direktur PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) Erwin Ciputra menyatakan ingin bisnis perusahaan di hulu dan hilir petrokimia terus berkembang. "Produksi petrokimia sekarang belum bisa memenuhi semua kebutuhan di dalam negeri," katanya di sela acara kunjungan menteri perindustrian ke kawasan pabrik CAP, di Cilegon, Banten, Rabu (26/11/2014).

Investasi baru di sektor hilir petrokimia berupa pabrik SBR menelan dana US$435 juta. Proyek ini digarap PT Synthetic Rubber Indonesia bekerjasama dengan Michelin.

Ruang produksi SBR mencapai 80.000 ton per tahun. Sedangkan kapasitas produksi untuk polybutadiene rubber mencapai 40.000 ton per tahun.

Sejak beroperasi mulai 2017 produksi dari pabrik itu 80% akan diekspor. SBR digunakan sebagai bahan baku ban berteknologi tinggi sehingga ini dijual ke luar negeri karena belum ada pasar untuk produk ban seperti ini.

"Selama tahap pertama pengoperasian pabrik mayoritas diekspor. Tahap pertama ini lima tahun sejak pertama beroperasi pada 2017. Ban dari SBR ini high value," ucap Erwin.

Kemitraan dengan Michelin berangkat dari keinginan CAP meningkatkan nilai tambah bahan baku SBR yang diproduksi perseroan. Nilai SBR lebih tinggi daripada karet sintetis biasa tetapi pengolahannya menjadi ban butuh teknologi tinggi dan ini dimiliki Michelin.

Pada sisi lain CAP juga memiliki rencana ekspansi masa depan melalui pembangunan satu unit kilang minyak di Cilegon. Kajian proyek ini dilakukan sejak 1,5 tahun terakhir tetapi belum dapat dipastikan kapan selesai lantas direalisasikan.

"Nanti dari kilang minyak bisa masuk ke cracker. Lokasinya di sini [Cilegon], dan bisnis kami jadi lebih terintegrasi," tutur Erwin.

Dia belum bersedia membeberkan informasi detil proyek, seperti nilai investasi maupun kapasitas produksi kilang tersebut. Tapi Erwin memastikan pihaknya akan mencari mitra asing dalam proyek ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper