Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan tarif listrik dan elpiji menjadi penyumbang terbesar inflasi Oktober yang mencapai 0,47%, laju tertinggi untuk periode yang sama sejak 2009.
Badan Pusat Statistik mencatat tarif listrik dan elpiji naik 4,42% dibandingkan bulan sebelumnya dan memberi andil 0,22% atau hampir separuh dari inflasi umum. Bobot kedua komoditas energi itu mencapai 5,05% dalam perhitungan inflasi.
“Ini karena adanya kebijakan pemerintah sejak awal 2014 yang secara bertahap mengurangi subsidi listrik,” kata Kepala BPS Suryamin, Senin (3/11/2014).
Pemerintah sejak 1 September menaikkan tarif listrik pada enam golongan pelanggan, yakni industri nonterbuka (I3), pelanggan rumah tangga dengan kapasitas daya 3.500-5500 va (R3), pemerintah dengan daya di atas 200 kva (P2), rumah tangga dengan daya 2.200 va (R1), penerangan Jalan Umum (P3), dan rumah tangga dengan daya 1.300 va (R1).
Pada bulan yang sama, Pertamina pun menaikkan harga elpiji 12 kg Rp1.500 per kg menjadi Rp7.569 per kg.
Inflasi Oktober juga didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas pangan akibat berkurangnya produksi seiring musim kemarau. Sementara itu, harga daging ayam ras dan telur ayam ras turun karena permintaan turun setelah Lebaran, sedangkan pasokan meningkat.
Berikut ini komoditas pendorong dan penghambat inflasi:
Komoditas Andil (%) Perubahan Harga (%)
tarif listrik dan bahan bakar rumah tangga 0,22 4,42
cabai merah 0,18 40,52
tarif angkutan udara 0,03 3,4
beras 0,03 0,78
cabai rawit 0,02 13,45
daging ayam ras -0,13 -9,65
telur ayam ras -0,02 -2,9
Sumber: Badan Pusat Statistik