Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintahan Jokowi akan menjaga ketahanan fiskal, tetapi tidak sampai mengorbankan pertumbuhan ekonomi melambat terlalu tajam.
Penaikan harga BBM diupayakan tidak sampai mengerem pertumbuhan terlalu dalam.
Hal itu tersirat dari pernyataan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro saat menjawab pertanyaan wartawan mengenai kemungkinan kenaikan harga BBM bersubsidi akhir tahun ini.
Penaikan harga BBM subsidi, seperti diketahui, ditunggu-tunggu oleh pasar sebagai langkah jangka pendek untuk menjaga kesinambungan fiskal dan mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan.
"Semua urgen, tapi yang paling penting adalah besarnya. Besarnya adalah menjaga ketahanan ekonomi kita di tahun 2015. Itu yang paling penting karena kita tidak ingin pertumbuhan terkoreksi terlalu dalam," katanya seusai serah terima jabatan Menteri Keuangan, Senin (27/10/2014).
Menurutnya, ketahanan ekonomi harus dijaga untuk menghadapi normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat pada 2015, perlambatan pertumbuhan ekonomi China, dan pelemahan harga komoditas.
Disinggung tentang kenaikan harga BBM subsidi November, sebagaimana kerap didengungkan Tim Transisi selama ini, Bambang menuturkan sejauh ini kabinet belum membahasnya.
Soal penyehatan transaksi berjalan yang selama ini menjadi landasan pemerintah dan otoritas moneter memperlambat pertumbuhan ekonomi, Presiden Joko Widodo dalam sidang kabinet pada hari yang sama telah meminta agar ada terobosan lain.
Maksudnya, kata Bambang, mengandalkan sektor-sektor yang dapat cepat membantu mengurangi defisit transaksi berjalan, seperti memacu pariwisata di dalam negeri.
"Presiden menginginkan kita ada quick win kita untuk bisa memperbaiki defisit transaksi berjalan," ujarnya.