Bisnis.com, PONTIANAK - Perusahaan galangan kapal nasional PT Steadfast Marine baru saja merampungkan pembuatan kapal keruk dengan nama Barito Equator.
Kapal itu merupakan pesanan dari Damen Schelde Naval Shipbuilding, produsen kapal asal Belanda, di Pontianak.
Peresmian kapal yang menghabiskan biaya Rp260 miliar itu dihadiri Presiden Direktur PT Steadfast Marine Eddy Kurniawan Logam, Wakil Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono dan jajaran direksi dari PT Pelayaran Fortuna Nusantara Megajaya selaku pemilik kapal bersama dengan DSNS.
Eddy mengatakan kapal yang dibangun selama 18 bulan itu merupakan keberhasilan perusahaan galangan kapal nasional yang mampu membuat kapal berspesifikasi tinggi untuk produsen kapal kelas dunia.
"Kapal ini bisa menampung lumpur dari dasar laut hingga 2.500 meter kubik dengan panduan satelit, alat sedotnya menggunakan mesin-mesin berkualitas tinggi didatangkan dari negara Belanda semua," kata Eddy di sela-sela peresmian kapal, Senin (13/10/2014).
Dia menguraikan kapal jenis Trailing Suction Hpper Dregger 2.500 tersebut memiliki panjang 90 meter dan akan beroperasi di sepanjang sungai Kapuas, sungai Barito, dan sejumlah sungai di tanah air untuk mengeruk lumpur di sungai-sungai dangkal yang menyebabkan kapal bermuatan berat sulit masuk ke pelabuhan.
Eddy mengharapkan dengan keberhasilan membuat kapal tersebut, industri perkapalan semakin lebih maju lagi disertai dukungan dari pemerintah Indonesia. Terutama dalam hal penghapusan PPN 10% dan Bea Masuk 12,4%.
"Komponen-komponen pembuatan kapal ini semuanya dari luar negeri. Hanya 10% saja komponen lokal, sisanya 90% dari luar negeri. Persoalannya, Indonesia belum mampu membuat komponen karena industri volume kapal masih sedikit," terangnya.
Wakil Wali Kota Pontianak Edy Rusdi Kamtono menyatakan dukungan industri pembuatan kapal nasional karena memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional dan provinsi Kalbar dalam jangka panjang.
Menurutnya, perlu banyak dibuatnya kapal keruk untuk membantu mengeruk dasar sungai yang dangkal.
Dia menuturkan selama ini kapal-kapal bermuatan berat sulit masuk ke pelabuhan Dwikora karena dasar sungai yang dangkal. Dampaknya berpengaruh terhadap jadwal pendistribusian barang yang lama.
"Dasar sungai Kapuas ini perlu pengerukan karena saat air surut, dasar sungai menjadi dangkal. Banyak kapal tidak bisa masuk ke dalam. Dengan kapal ini (Barito Equator) membantu (jalur sungai lancar," tuturnya.