Bisnis.com, JAKARTA--Demi mencapai target penjualan 2014 senilai Rp3 triliun, PT Paramount Enterprise International gencar membangun proyek tutup tahun di luar Jawa yaitu Kalimantan, Bali dan Sumatra.
Proyek yang digadang-gadang sebagai pemanis di akhir tahun ini akan dibangun di atas landbank Paramount yang tersedia sekitar 1.200 hektar.
Managing Director Paramount Enterprise Andreas Nawawi mengatakan di tengah suasana properti yang dingin, masyarakat masih berlomba-lomba menjadikan properti sebagai ajang investasi.
"Jadi, pasar properti itu tidak sepi, hanya tinggal cari produknya saja yang tepat sesuai kebutuhan di daerah yang kami tuju," katanya, baru-baru ini.
Sebagai contoh, proyek hotel yang dibangun melalui anak usaha Paramount Enterprise yaitu Parador Hotels and Resorts di Balikpapan, Samarinda dan Berau.
Sebagai kota tenyaman di Indonesia seperti dilansir oleh Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia, Balikpapan merupakan tempat yang pas untuk mengembangkan hotel berkonsep Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE).
Paramount merogoh Rp90 miliar untuk investasi hotel di Balikpapan dengan total 150 unit kamar.
Selain itu, tambah Andreas, proyek primadona yang sedang digarap dan akan mengalahkan proyek pengembang lainnya adalah megaproyek superblok di Bali.
"Kami bangun sky villa yang dilengkapi dengan shopping mall, hotel dan perkantoran di Bali di atas lahan 3,5 hektar. Superblok ini [di Bali] juga kami lengkapi dengan pantai milik sendiri sepanjang 140 meter," paparnya.
Andreas juga mengatakan pihaknya juga mengembangkan superblok di Sumatra yang kini sedang dalam tahap pencarian kawasan yang sesuai.
Andreas memaparkan selain kawasan yang dinilai prospektif, pengembangan ke luar Jawa yang dilakukan secara agresif juga dimaksudkan untuk meningkatkan recurring income perusahaan.
"Kalau induk pembangunan di Serpong kan 50:50 dengan Summarecon perihal pembagian lahan , jadi kami ekspansi lebih besar ke megaproyek di luar Jawa," ujarnya.
Dia percaya industri properti tidak akan surut karena uang orang Indonesia juga tidak berkurang.
"Yang berkurang setahun yang lalu adalah keberanian untuk investasi dan membeli produk properti, tetapi kini konsumen sudah semakin berani