Bisnis.com, JAKARTA -- Kemenhub berkomitmen untuk menambah trayek pelayaran perintis bersubsidi ke wilayah Indonesia Timur.
Hal ini dikarenakan masih banyak daerah terisolir di wilayah tersebut dibandingkan dengan daerah di Indonesia Barat yang sudah memiliki berbagai moda transportasi.
Dari informasi yang dihimpun Bisnis, daerah-daerah di timur tersebut meliputi NTB 2 trayek, NTT (4), Sulawesi Selatan (1), Sulawesi Tenggara (2), Sulawesi Barat (1), Sulawesi Tengah (1), Gorontalo (3), Sulawesi Utara (4), Maluku Utara (7), Maluku (16), Papua Barat (10) dan Papua (15).
Sementara, tahun depan akan ada 14 trayek yang melayani rute Indonesia Barat atau sekitar 17% dan 70 trayek di wilayah Indonesia Timur atau sekitar 83%.
Namun demikian, idealnya untuk melayani masyarakat kepulauan terpencil diperlukan hingga 192 trayek.
Dengan jumlah itu dapat memangkas waktu sandar yang sampai saat ini masih cukup lama, sekitar 14 hari sekali, ujar Harry Boediarto, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub, Sabtu (10/5/2014).
Berdasarkan evaluasi Ditjen Perhubungan Laut pada 2013 yang disampaikan Dirjen Bobby Mamahit, faktor cuaca ekstrem berupa badai masih menjadi kendala utama bagi pelayaran perintis.
Karena itu, operator pelayaran perintis selalu ditekankan untuk berkomunikasi dan mematuhi peringatan yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Kementrian Perhubungan selama 2013 mengucurkan subsidi pemerintah terhadap pelayaran perintis mencapai Rp407,8 miliar untuk melayani 80 rute pelayaran dengan kekuatan 80 unit kapal.
Angkutan tersebut berbobot mati mulai dari 500 GT (Gross Ton) untuk melayani rute jarak dekat, hingga 2000 GT yang bisa berlayar di saat cuaca ekstrem.