Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,5% hingga 5,9% adalah hitungan yang tepat mencerminkan kondisi perekonomian saat ini.
Gubernur BI Agus D. W. Martowardojo mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh permintaan domestik, dalam arti konsumsi rumah tangga.
“Pertumbuhan konsumsi bisa di atas 5%. Kami juga melihat bahwa ekspor akan memberikan konstribusi yang baik,” ujarnya usai menghadiri Focus Group Discussion (FGD) di Bank Indonesia, Kamis (20/3/2014) malam.
Sebelumnya, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mendekati batas bawah kisaran 5,8%--6,2%.
Namun karena BI mencermati berbagai risiko dari perekonomian global, terutama terkait dengan normalisasi kebijakan moneter the Fed, perlambatan ekonomi China, dan kerentanan eksternal yang dapat muncul di beberapa negara emerging markets.
Serta untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang menopang berlanjutnya perbaikan kinerja sektor eksternal Indonesia, baik dari neraca pedagangan maupun neraca finansial, maka revisi ke bawah tersebut dinilai realistis.
Neraca perdagangan Indonesia yang pada Januari 2014 mencatat defisit sebesar US$430 juta, hal ini lebih dipengaruhi pola musiman yang menurunkan ekspor komoditas nonmigas utama dan dampak penerapan UU Minerba yang diperkirakan temporer.
Selain itu, Agus menuturkan agar Indonesia menjadi negara berkembang untuk tujuan investasi, maka Indonesia harus menjalankan reformasi struktural.