Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu: Rupiah Menguat karena RI Keluar dari the Fragile Five

Pemerintah menilai penguatan tajam rupiah dua pekan terakhir terjadi karena Indonesia dinilai telah keluar dari kelompok lima negara rentan alias the Fragile Five.
Transaksi perdagangan rupiah/Bisnis
Transaksi perdagangan rupiah/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA-- Pemerintah menilai penguatan tajam rupiah dua pekan terakhir terjadi karena Indonesia dinilai telah keluar dari kelompok lima negara rentan alias the Fragile Five.

Menteri Keuangan M. Chatib Basri mengatakan Indonesia dianggap sebagai negara yang paling cepat merespons keinginan pasar, terlihat dari performa transaksi berjalan yang membaik. Kesan baik itu, tutur Chatib, paling tidak tercermin dalam kunjungannya ke Amerika Serikat pekan lalu menemui para investor.

Respons cepat itu, lanjutnya, terlihat dari langkah Bank Indonesia yang memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan 175 basis poin mulai Juni 2013 hingga menjadi 7,5%.

Pemerintah pun menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada bulan yang sama untuk mengerem impor minyak yang selama ini menjadi salah satu biang keladi defisit  transaksi berjalan.

Bersamaan dengan itu, defisit transaksi berjalan kuartal IV/2013 menyempit menjadi US$4 miliar atau 1,98% terhadap produk domestik bruto (PDB) setelah sempat melebar ke US$9,9 miliar atau 4,4% terhadap PDB pada kuartal II/2012.

“Mereka sangat appreciate dengan apa yang dilakukan Indonesia dan itu konsisten beritanya dengan penilaian ‘fragile no more’ di majalah the Economist. Itu yang mengakibatkan situasinya seperti sekarang (rupiah menguat),” katanya, Senin (10/3).

Medio 2013, Morgan Stanley sempat memasukkan Indonesia ke dalam kelompok ‘the Fragile Five’ bersama dengan India, Brasil, Afrika Selatan dan Turki, karena kelima negara memiliki problem yang hampir sama, yakni defisit transaksi berjalan dan defisit fiskal, yang berimbas pada rentannya mata uang masing-masing.

Meskipun dianggap telah keluar dari basket ‘the Fragile Five’, pemerintah mengaku tetap akan melanjutkan reformasi struktural untuk terus memperbaiki kinerja transaksi berjalan. Pemerintah berupaya agar defisit transaksi berjalan tahun ini 2,5% terhadap PDB, menciut dari capaian tahun lalu 3,26% terhadap PDB.

“Walaupun lebih baik, jangan kasih harapan berlebihan. Kadang-kadang di kita, sekali ada yang bagus, langsung merasa semua sudah beres. Padahal, masih banyak hal-hal yang harus dibereskan,” katanya.

Posisi pemerintah tetap pada kebijakan fiskal ketat. Demikian pula dengan bank sentral yang beberapa kali mengumumkan tetap akan menjalankan  kebijakan moneter ketat tahun ini. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap akan moderat dan baru melesat pada tahun depan.

Rupiah diperdagangkan Rp11.365 per dolar AS, Senin (10/3), terapresiasi 0,7%, menurut Bloomberg Dollar Index. Sejak awal bulan, rupiah menguat 2,1%. Adapun sejak awal tahun, rupiah tercatat menguat 6,6%, menjadikannya sebagai mata uang paling perkasa di Asia.         

Penguatan itu sejalan dengan arus modal masuk (capital inflow) yang deras di pasar modal menyusul pulihnya kepercayaan investor ke negara berkembang (emerging market), terutama Indonesia, yang dinilai memiliki risiko relatif lebih rendah dibandingkan negara berkembang lain.

Capital inflow di pasar saham sejak awal tahun tercatat sudah Rp11 triliun. Adapun 10 hari pertama Maret ini, inflow mencapai Rp821 miliar.

Meskipun demikian, kurs tengah menurut BI melemah hampir 0,5% dibandingkan dengan penutupan Jumat (7/3). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper