Bisnis.com, JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berpotensi membeli gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) Tangguh dengan harga mahal, menyusul penolakan BP Berau Limited atas kebijakan capping.
Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki mengungkapkan sesuai dengan surat keputusan Menteri ESDM, harga minyak mentah ekspor (representatif export petroleum/REP) saat pembelian LNG Tangguh dibatasi maksimal (cap) sebesar US$110 per barel.
Namun, lanjutnya, hingga kini PLN dan BP Berau belum menyepakati harga LNG Tangguh.
"BP tidak setuju dengan mekanisme harga minyak yang di-cap [dipatok pada harga maksimal tertentu]," katanya, seperti dikutip Antara, Rabu (13/11/2013).
Menurut dia, tanpa adanya kesepakatan capping harga tersebut, maka harga LNG Tangguh bisa mahal ketika harga minyak mentah tinggi.
"Ini belum ketemu, BP-nya tidak mau," ujarnya.
Suryadi melanjutkan pihaknya bersama BP dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) sudah melakukan rapat kembali.
Hasilnya, harga gas Tangguh memakai mekanisme tarif penyesuaian (price adjustment mechanism).
"Sudah diajukan ke Menteri ESDM dan tinggal tunggu saja," katanya.
PLN akan memanfaatkan gas Tangguh untuk membangkitkan PLTGU Belawan di Medan, Sumut.
Gas akan masuk ke PLTGU Belawan melalui Terminal LNG Arun dan pipa Arun-Belawan sepanjang 340 km yang kini sedang dikerjakan PT Pertamina (Persero). Kedua proyek dijadwalkan rampung akhir 2014.
Pemerintah sudah mengalokasikan gas Tangguh ke Terminal Arun sebesar 104 kargo selama periode 2013-2021.
Pada 2013, gas Tangguh dialokasikan sebesar tujuh kargo, 2014 sebanyak delapan, 2015 14 kargo, 2016 15 kargo, dan selama 2017-2021 masing-masing 12 kargo.